Berharap Lebih Pada IKAPI, Boleh?

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Hampir semua pembaca mengenal baik penulis favoritnya. Pembaca yang lebih teliti, akan mengenal baik mana saja penerbit yang selalu konsisten menyajikan buku-buku berkualitas. Mereka akan mendata dengan baik kredibiltas penerbit dengan penilaian yang detil. Tidak hanya tentang buku yang diterbitkan, tetapi juga tentang banyak hal; sampul buku, tata letak, jenis kertas, ukuran buku dan sebagainya.

Tapi, bisa jadi, amat sedikit yang mengetahui betul organisasi nasional yang menanungi penerbit di negeri ini, Ikatan Penerbit Indonesia, yang mafhum disebut dengan IKAPI.

Bagi saya, ini semacam fenomena biasa, meski ada unsur ‘zalim’ di dalamnya. Hal ini sudah menjadi kebiasaan di negeri ini. Sebagaimana dalam sebuah film atau pertunjukan lainnya, artis yang di depan layar jauh lebih terkenal. Padahal, ada ‘invsible hand’ yang menghasilkan sebuah harmoni kerja hingga artis tersebut bisa tampil dengan baik.

Dalam dunia perbukuan di negeri ini, IKAPI menjadi salah satu dari banyaknya ‘invisible hand’ hingga sebuah buku booming dan penulisnya melebihi keterkenalan seorang artis. Sebab, para penulis adalah artis intelektual.

Sedangkan aktor ‘invisible hand’ lainnya adalah penerbit dengan seluruh krunya. Mulai dari CEO, editor, penata letak, pembaca naskah, dan seterusnya.

Sedikit Lebih Dekat

Saya termasuk orang yang berlaku ‘zalim’ terhadap IKAPI. Padahal, saya sering menyebut diri dengan pencinta buku. Selain kolektor, saya adalah pembaca buku, peresensi, penulis dan juga penjual buku.

Kerjaan saya sehari-hari, apalagi jika istri sedang mengajar di sekolah, saya biasa menghabiskan waktu bersama buku. Bagi saya, tidur bersanding buku adalah sensasi tersendiri. Jauh lebih nyaman dan aman jika di banding tidur bersanding hand phone atau gadget lainnya.

Tapi, maaf yang sebesar-besarnya; saya tak banyak tahu, kenal dan paham tentang IKAPI. Saat melihat website resminya, hanya satu nama dari pengurus IKAPI yang saya kenal. Yaitu Pak Bambang Trim. Itu pun karena saya sering mengikuti dan pernah meresensi buku beliau.

Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dipelopori dan diinisiatori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, M. Jusuf Ahmad, dan Nyonya A. Notosoetardjo. Ia lahir seiring menggeliatnya semangat nasionalisme pasca merdekanya Indonesia di tahun 1945.

Atas semangat itu, pada 17 Mei 1950 IKAPI resmi berdiri di Jakarta. Waktu berjalan, organisisi yang memiliki visi Menjadikan industri penerbitan buku di Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan dapat berkiprah di pasar internasional ini terus berkembang.

Hingga kini, organisasi penerbit yang sudah berganti 13 ketua sejak berdirinya itu telah bercabang menjadi 24 IKAPI daerah provinsi yang tersebar di berbagai provinsi dengan total anggota 1.126.

IKAPI smbr: Repbulika Online

IKAPI smbr: Repbulika Online

 

Berharap Lebih, Boleh Ya?

IKAPI, sebagaimana tersebut di laman resminya memiliki program kerja yang disebut dengan Panca Daya. Meliputi:

  1. Usaha memperluas kesempatan membaca dan memperbesar golongan pembaca dengan jalan mendirikan perpustakaan desa.
  2. Usaha mengembangkan penerbitan buku pendidikan dan pengajaran dengan menarik biaya alat pengajaran.
  3. Usaha menyebarkan hasil cipta sastrawan indonesia dengan jalan mengekspor hak cipta dan mengekspor buku.
  4. Usaha melindungi hak cipta serta membantu penerbitan buku universitas dan buku-buku kategori kesusastraan.
  5. Usaha mengembangkan industri grafika bagi keperluan pencetakan buku.

Andai dijabarkan, kelima program ini sudah amat menyeluruh. Hanya saja, ada harapan-harapan lain yang hendak penulis sampaikan:

  1. Sosialisasi

IKAPI harus gencar memperkenalkan diri kepada masyarakat. Apalagi di zaman ketika publikasi menjadi sangat mudah dan murah ini. Harapannya, akan lebih banyak yang mengenal, memahami dan bisa turut berkontribusi dengan program yang digalakkan IKAPI.

  1. Perbanyak Program Gratisan

Benar jika dikatakan tak ada makan siang gratis. Yang dimaksud adalah adanya subsidi silang. Bentuknya bisa dengan menarik iuran wajib kepada banyak penerbit di negeri ini atau bentuk lain, dimana program gratisan yang didapat dari subsidi silang ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas. Khususnya kalangan pencinta buku di taraf menengah ke bawah dan mereka yang sama sekali buta aksara.

Gratisan bisa berbentuk buku atau pelatihan yang memberdayakan. Sebab industri perbukuan akan menjadi sebuah bisnis yang menggiurkan ketika dikelola dengan profesional dan; bisa menyerap banyak tenaga kerja.

  1. Lanjutkan

Jika ada kesalahan dalam tulisan ini, murni karena terbatasnya ilmu penulis. Mohon diimaafkan dan dibetulkan. 😀

Untuk program yang sudah bagus, silakan dilanjutkan. Sering-seringlah melakukan koordinasi dan terobosan demi majunya Indonesia yang kita cintai ini.

Setelah itu semua, terucap syahdu; semoga Tuhan Yang Mahaesa membalas semua kebaikan yang sudah dilakukan. Sungguh, yang tertulis tak bisa mewakili jasa yang telah ditorehkan. Berharap semoga amal baik ini akan diteruskan oleh generasi setelahnya.

Program-program seperti pameran buku dan sosialisasi buku lainnya bisa terus dilakukan di berbagai daerah. Yang terbaru, Pameran Buku Bandung 2014, semoga bisa membuat masyarakat semakin antusias untuk mencintai buku dengan segela tahapnya.

Semoga semua sponsor yang tulus (IKAPI Jabar, Syaamil Quran, dll) diberi balasan kebaikan dunia dan akhirat atas kerja yang sudah dilakukan.