Terdepan Menyajikan al-Qur’an

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup adalah keniscayaan. Meski banyak yang belum kuasa mengoptimalkannya. Maka, diperlukan trik oleh mereka yang berdakwah; agar al-Qur’an terasa makin menyenangkan.

Banyak cara untuk melakukan hal ini. Bermula dari cara mengajar, kualitas pengajar dan bahan ajar; tampilan dan hal lain terkait teknis.

Dulu, menjumpai mushaf rasanya kurang eye catching; tampilan lusuh, berdebu, hitam-putih. Sehingga, mereka yang lemah semangatnya; langsung loyo sejak melihat tampilan mushaf.

Kini, mushaf menjadi amat elegan. Dengan konten yang terus dikembangkan, jenis dan ukuran cetak yang tersedia dari terkecil hingga terbesar. Terbaru, sudah tersedia Tabz al-Qur’an yang disajikan dalam bentuk gadget multi fungsi.

Harapannya; al-Qur’an tak sekedar dibaca. Sebab semakin mudah mempelajari, semoga ajarannya bisa dipraktekan dalam bidang kehidupan secara menyeluruh.

Sebab, dulu, saat al-Qur’an pertama kali diturunkan, meski hanya bermodal dari mulut ke mulut, para generasi sahabat berhasil mempraktekan seluruh isi al-Qur’an. Karena kesungguhan mereka dan berhasil membawa al-Qur’an ke mana pun mereka pergi, di mana pun serta dalam kondisi apa pun.

Belajar al-Qur’an tak berbatas waktu. Medianya pun tak dibatasi. Mushaf yang diperuntukan bagi kalangan yang sudah berumur, nikmat juga ketika dimanfaatkan oleh mereka yang masih muda-belia-remaja.

New Hijaz; Terjemah Tafsir Per Kata

Syaamil Qur’an, yang bermarkas di Bandung Jawa Barat, menjadi salah satu produsen mushaf berbagi ukuran. Sehingga, ini menjadi konsumsi lintas generasi.

Salah satu produk yang amat pantas untuk dilirik serta direkomendasikan adalah jenis New Hijaz. Mushaf ukuran 21 x 29,7 senti meter ini terdiri dari 604 halaman al-Qur’an, 9 halaman kata pengantar dan 19 halaman suplemen.

Selain ukurannya yang besar, sehingga bisa digunakan oleh anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia, kehadiran mushaf terjemah per kata ini semakin menarik karena dilengkapi dengan ayat doa dan tasbih.

Keterangan Ayat Doa Smbr: Dok. Pribadi

Keterangan Ayat Doa Smbr: Dok. Pribadi

Di bagian dalam mushaf, di bagian bawah, ada keterangan tentang ayat tasbih dan doa. Jika ayat tasbih, maka dilengkapi dengan himbauan agar pembaca melantunkan tasbih. Jika doa, pembaca juga disarankan untuk merapal doa sesuai dengan konteks ayat.

 

BwYxvgxCIAA29MI

Keterangan Ayat Tasbih. Smbr: Dokumen Pribadi

Terjemah per kata sendiri amat memudahkan. Selain terjemah lengkap versi Departeman Agama Republik Indonesia, adanya terjemah per kata bisa menjadi sarana praktis bagi pembaca untuk belajar bahsa arab saban hari; di mana pun dengan tanpa guru sekalipun.

Terjemah Depag. Smbr: Dok. Pribadi

Terjemah Depag. Smbr: Dok. Pribadi

Mushaf dengan berat sekitar 1 Kg ini, dilengkapi pula dengan Asbabun Nuzul (sebab turunnya ayat) yang diringkas di dalam kotak di halaman terkait. Bagusnya lagi, riwayat yang dikutip hanyalah riwayat shahih sehingga pembaca tak perlu ragu untuk menyebarkannya.

Asbabun Nuzul Smbr: Dok. Pribadi

Asbabun Nuzul Smbr: Dok. Pribadi

Kehadiran intisari ayat juga semakin melengkapi mushaf ini. Karena  mushaf ini sudah ditashih oleh Kementrian Agama Republik Indonesia dan para pakar tafsir yang memang ahli dalam bidangnya. Kehadiran intisari, semacam kesimpulan sehingga bisa dipahami oleh pembaca kalangan menengah ke bawah. Lebih-lebih bagi mereka yang ahli.

Intisari Ayat. Smbr: Dok. Pribadi

Intisari Ayat. Smbr: Dok. Pribadi

Yang tak kalah menarik, tersedia pula suplemen singkat terkait tanda-tanda al-Qur’an. Mulai dari waqaf, nun wiqayah, ayat sajadah, ayat sifir, imalah, isymam, tasil dan nasl. Disajikan dalam tabel yang kolomnya berisi nomor urut, nama surah, ayat, halaman dan jenis tandanya.

Tanda al-Qur'an. Smbr: Dok. Pribadi

Tanda al-Qur’an. Smbr: Dok. Pribadi

Bagi yang ingin mendalami, maupun terbiasa menulis berbagai macam tema, di akhir mushaf juga tersedia indeks tematik yang terdiri dari 15 bab.

Meliputi Rukun Islam, Ilmu dan Cabangnya, Jihad, Peraturan tentang Harta, Pertanian dan Perdagangan, Iman, Amal, Manusia dan Kemasyarakatan, Hal-hal Terkait Hukum, Sejarah dan Kisah-kisah, al-Qur’an, Dakwah, Akhlak, Negara dan Masyarakat, dan Agama-agama.

Indeks Tematik. Smbr: Dok. Pribadi

Indeks Tematik. Smbr: Dok. Pribadi

Semuanya tersaji dalam tema terperinci yang mencantumkan nomor surah dan ayat terkait. Mushaf ini semakin lengkap dengan adanya Asmaul Husna di sampul belakang bagian dalam serta doa khatam al-Qur’an yang lazim dibaca saat meyelesaikan bacaan Kalam Ilahi ini.

Harapan

Masih banyak produk mushaf lainnya. Tentu, tak selesai jika semua dibincang. Ini hanyalah sekelumit tentang apa yang dialami. Bahwa di luar hal lain, penulis merasakan sendiri manfaat yang ada di dalam mushaf ini.

Lebih-lebih untuk kepentingan literasi. Kehadiran indeks tematik amatlah penting. Bagi penulis yang kebetulan sedang belajar menjadi editor bahasa untuk tafsir, keberadaan tafsir per kata juga sangat membantu. Semakin memudahkan dan praktis untuk mencari kata yang susah atau memiliki lebih dari satu makna.

Alhasil, semoga Allah swt memberikan keberkahan kepada semua yang terlibat dalam proses keberkahan ini. Semoga Allah swt menangkan mereka yang berjuang untuk agama-Nya. Tentang capaian duniawi; terkait materi dan sebagainya; itu hanyalah bonus dari upah utama berupa surga yang tengah menanti, insya Allah.

Jazakumullah ahsanal jaza’ Syaamil Qur’an. Semoga semakin terdepan dalam menyajikan mushaf berkualitas untuk umat. Karena al-Qur’an, adalah ruh kebangkitan umat.

Menggantungkan Nasib Pada Buku

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Buku adalah lambang peradaban. Semakin maju sebuah peradaban, maka tingkat kebutuhannya kepada buku semakin tinggi. Begitupun sebaliknya; sebuah masyarakat yang acuh terhadap buku bergizi dan sibuk dengan buku murahan secara konten, maka mustahil bagi masyarakat itu untuk merebut sebuah peradaban yang dibahsakan oleh al-Qur’an dengan frasa; dipergilirkan.

Membincang kualitas sebuah buku, mustahil melepaskannya dari peran penerbit yang merupakan produsen buku. Dewasa ini, penerbitan sudah beralih dari usaha rumahan menjadi sebuah industri bisnis dengan keuntungan yang amat menjanjikan.

Sedikit ulasan saja, dalam sekali cetak buku, dimana penerbit biasa meproduksi di kisaran 3.000 sampai 5.000 eksemplar perjudul. Jika biaya produksi per eksemplar adalah Rp 25.000,- maka biaya produksinya sudah mencapai angka Rp 75.000.000,- sampai Rp 125.000.000,-

Jika buku dengan biaya cetak Rp 25.000,- itu dijual di pasaran dengan harga Rp 100.000,- per eksemplar, maka didapat angka penjualan sebanyak Rp 300.000.000,- hingga Rp 500.000.000,-

Belum lagi menghitung gaji awak penerbit hingga bagian poduksi dan seterusnya. Jika kita meneliti sampai bawah -tingkat distributor terkecil-, maka dari satu buku saja bisa menghidupi banyak individu.

Belum lagi masalah kertas dan sebagainya. Sehingga, industri penerbitan ini sama sekali tidak boleh dipandang sebelah mata. Kuncinya ada pada idealisme dan fokus. Jika dua hal itu tidak ada, maka banyaknya penerbit berumur jagung adalah contoh nyata dari gagalnya mereka memeihara dan menumbuhkan niat dan fokus dalam berbisnis buku.

Lapis-Lapis Keberkahan; cetak ulang setelah 3 hari setelah diluncurkan.

Lapis-Lapis Keberkahan; cetak ulang setelah 3 hari setelah diluncurkan.

Menjadikan Buku Menarik

Kajian tentang bagaimana membuat sebuah buku menarik pembaca, tentu menjadi makanan sehari-hari bagi penerbit. Apalagi bagi penerbit besar yang memang berkutat di bidang itu.

Dalam tulisan singkat ini, ada sedikit analisa; mengapa sebuah buku menarik bagi pembaca.

  1. Petakan Pembaca

Tidak semua orang menyukai bakso. Mustahil jika semua manusia menggemari mie ayam. Tapi amat mungkin; sekumpulan masyarakat menjadi pencinta dan maniak buku.

Bagi penerbit, peta pembaca sudah pasti ada. Meliputi usia, lingkungan, tingkat pendidikan, dan sebagainya.

Maka pada penerbit-penerbit besar selalu memiliki divisi. Seperti divisi khusus buku anak, buku remaja, novel, buku agama (Islam,dll), rujukan, dan sebagainya.

Pemetaan yang bagus menjadi kunci amat penting bagi laku atau tidaknya sebuah buku. Dan berpengaruh sangat positif terhadap kelangsungan penerbit itu sendiri.

Bayangkan saja, jika ada buku yang berkali-kali cetak dan dibutuhkan berbagai lintas generasi, maka buku tersebut bisa dicetak sampai puluhan kali dengan jumlah setiap kali cetak ribuan eksemplar. Dalam hal ini, tak sedikit penerbit yang bertahan hidup dengan menggantungkan nasib pada buku jenis ini.

  1. Kualitas

Setelah dipetakan, bisa difahami dengan baik selera pembaca dan bagaimana mengambil hatinya.

Kalangan pemula dan yang masih asing dengan dunia buku, bisa ditarik dengan kualitas sampul, rekomendasi dari penulis yang menjadi publik figur, sinopsis yang memukau dan promosi yang ciamik.

Bagi mereka yang berada di tingkat menengah, biasanya melihat kredibiltas penerbit dan fanatik dengan penulis favoritnya. Maka penting bagi penerbit untuk “menyandra” penulis-penulis profesional dan berpasar untuk hanya menulis di tempatnya.

Karena, penulis jenis ini, akan selalu diburu karyanya. Pun, ketika belum ada karya yang terbit, karya yang lama akan selalu dicari, digemari dan dikeroyok penggemarnya.

Bagi kalangan yang berada setingkat di atasnya, sediakan buku-buku rujukan dengan harga yang melangit. Ini adalah strata teratas. Mereka sama sekali tak memandang harga. Ukurannya adalah kepuasaan; fikiran dan batin. Mereka akan selalu mencari dan menelaah apa yang dibutuhkan oleh akal dan jiwanya. Dan, mereka mendapatkannya melalui banyak buku yang dinikmati.

  1. Jangan Remehkan Peresensi

Inilah masalah yang sering diabaikan. Banyak penerbit yang tim promosinya abal-abal. Bahkan, ketika ada pembaca fanatik yang dengan suka rela menawarkan diri untuk menawarkan jasa marketing dengan hanya meminta buku yang akan dipromosikan, banyak di antara penerbit yang antipati.

Ya, peresensi. Merekalah salah satu ujung tombak laris dan tidaknya sebuah buku. Amat banyak peresensi yang dengan sukarela menawarkan jasa resensinya, padahal hanya diberi satu buku terkait.

Mereka melakukan itu karena idealisme. Mulanya, mereka berpikir. Bahwa buku yang bagus haruslah direkomendasikan agar semakin banyak orang yang berubah menjadi lebih baik selepas membaca sebuah buku yang bergizi.

Dalam hal ini, amat banyak penerbit besar yang welcome menerima peresensi sebagai tim promosi mereka, dengan tanpa memberikan gaji. Mereka memperlakukan para peresensi dengan amat baik; mulai dari menjalin kerja sama hingga menumbuhkan mereka.

Seperti yang dilakukan oleh Grup Tiga Serangkai, Grup Mizan, dan lain sebagainya. Bahkan, jika resensi yang dibuat oleh peresensi dimuat di media cetak (daerah maupun nasional), mereka dengan tangan terbuka siap mengalirkan rupiah ke rekening para peresensi.

Pada akhirnya, amat susah untuk menyimpulkan hal paling krusial terkait dunia penerbitan di negeri ini. Hanya sebuah pesan; teruslah memproduksi konten yang menarik. Menarik bukan sesuatu yang bombastis. Tetapi sesuatu yang dibutuhkan, aplikatif dan membumi.

Itulah karya-karya yang akan terus dibutuhkan oleh semua orang di lintas zamannya masing-masing. Sebab dari dulu hingga sekarang; nilai kebaikan tak akan pernah berubah.

Berharap Lebih Pada IKAPI, Boleh?

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Hampir semua pembaca mengenal baik penulis favoritnya. Pembaca yang lebih teliti, akan mengenal baik mana saja penerbit yang selalu konsisten menyajikan buku-buku berkualitas. Mereka akan mendata dengan baik kredibiltas penerbit dengan penilaian yang detil. Tidak hanya tentang buku yang diterbitkan, tetapi juga tentang banyak hal; sampul buku, tata letak, jenis kertas, ukuran buku dan sebagainya.

Tapi, bisa jadi, amat sedikit yang mengetahui betul organisasi nasional yang menanungi penerbit di negeri ini, Ikatan Penerbit Indonesia, yang mafhum disebut dengan IKAPI.

Bagi saya, ini semacam fenomena biasa, meski ada unsur ‘zalim’ di dalamnya. Hal ini sudah menjadi kebiasaan di negeri ini. Sebagaimana dalam sebuah film atau pertunjukan lainnya, artis yang di depan layar jauh lebih terkenal. Padahal, ada ‘invsible hand’ yang menghasilkan sebuah harmoni kerja hingga artis tersebut bisa tampil dengan baik.

Dalam dunia perbukuan di negeri ini, IKAPI menjadi salah satu dari banyaknya ‘invisible hand’ hingga sebuah buku booming dan penulisnya melebihi keterkenalan seorang artis. Sebab, para penulis adalah artis intelektual.

Sedangkan aktor ‘invisible hand’ lainnya adalah penerbit dengan seluruh krunya. Mulai dari CEO, editor, penata letak, pembaca naskah, dan seterusnya.

Sedikit Lebih Dekat

Saya termasuk orang yang berlaku ‘zalim’ terhadap IKAPI. Padahal, saya sering menyebut diri dengan pencinta buku. Selain kolektor, saya adalah pembaca buku, peresensi, penulis dan juga penjual buku.

Kerjaan saya sehari-hari, apalagi jika istri sedang mengajar di sekolah, saya biasa menghabiskan waktu bersama buku. Bagi saya, tidur bersanding buku adalah sensasi tersendiri. Jauh lebih nyaman dan aman jika di banding tidur bersanding hand phone atau gadget lainnya.

Tapi, maaf yang sebesar-besarnya; saya tak banyak tahu, kenal dan paham tentang IKAPI. Saat melihat website resminya, hanya satu nama dari pengurus IKAPI yang saya kenal. Yaitu Pak Bambang Trim. Itu pun karena saya sering mengikuti dan pernah meresensi buku beliau.

Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dipelopori dan diinisiatori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, M. Jusuf Ahmad, dan Nyonya A. Notosoetardjo. Ia lahir seiring menggeliatnya semangat nasionalisme pasca merdekanya Indonesia di tahun 1945.

Atas semangat itu, pada 17 Mei 1950 IKAPI resmi berdiri di Jakarta. Waktu berjalan, organisisi yang memiliki visi Menjadikan industri penerbitan buku di Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan dapat berkiprah di pasar internasional ini terus berkembang.

Hingga kini, organisasi penerbit yang sudah berganti 13 ketua sejak berdirinya itu telah bercabang menjadi 24 IKAPI daerah provinsi yang tersebar di berbagai provinsi dengan total anggota 1.126.

IKAPI smbr: Repbulika Online

IKAPI smbr: Repbulika Online

 

Berharap Lebih, Boleh Ya?

IKAPI, sebagaimana tersebut di laman resminya memiliki program kerja yang disebut dengan Panca Daya. Meliputi:

  1. Usaha memperluas kesempatan membaca dan memperbesar golongan pembaca dengan jalan mendirikan perpustakaan desa.
  2. Usaha mengembangkan penerbitan buku pendidikan dan pengajaran dengan menarik biaya alat pengajaran.
  3. Usaha menyebarkan hasil cipta sastrawan indonesia dengan jalan mengekspor hak cipta dan mengekspor buku.
  4. Usaha melindungi hak cipta serta membantu penerbitan buku universitas dan buku-buku kategori kesusastraan.
  5. Usaha mengembangkan industri grafika bagi keperluan pencetakan buku.

Andai dijabarkan, kelima program ini sudah amat menyeluruh. Hanya saja, ada harapan-harapan lain yang hendak penulis sampaikan:

  1. Sosialisasi

IKAPI harus gencar memperkenalkan diri kepada masyarakat. Apalagi di zaman ketika publikasi menjadi sangat mudah dan murah ini. Harapannya, akan lebih banyak yang mengenal, memahami dan bisa turut berkontribusi dengan program yang digalakkan IKAPI.

  1. Perbanyak Program Gratisan

Benar jika dikatakan tak ada makan siang gratis. Yang dimaksud adalah adanya subsidi silang. Bentuknya bisa dengan menarik iuran wajib kepada banyak penerbit di negeri ini atau bentuk lain, dimana program gratisan yang didapat dari subsidi silang ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas. Khususnya kalangan pencinta buku di taraf menengah ke bawah dan mereka yang sama sekali buta aksara.

Gratisan bisa berbentuk buku atau pelatihan yang memberdayakan. Sebab industri perbukuan akan menjadi sebuah bisnis yang menggiurkan ketika dikelola dengan profesional dan; bisa menyerap banyak tenaga kerja.

  1. Lanjutkan

Jika ada kesalahan dalam tulisan ini, murni karena terbatasnya ilmu penulis. Mohon diimaafkan dan dibetulkan. 😀

Untuk program yang sudah bagus, silakan dilanjutkan. Sering-seringlah melakukan koordinasi dan terobosan demi majunya Indonesia yang kita cintai ini.

Setelah itu semua, terucap syahdu; semoga Tuhan Yang Mahaesa membalas semua kebaikan yang sudah dilakukan. Sungguh, yang tertulis tak bisa mewakili jasa yang telah ditorehkan. Berharap semoga amal baik ini akan diteruskan oleh generasi setelahnya.

Program-program seperti pameran buku dan sosialisasi buku lainnya bisa terus dilakukan di berbagai daerah. Yang terbaru, Pameran Buku Bandung 2014, semoga bisa membuat masyarakat semakin antusias untuk mencintai buku dengan segela tahapnya.

Semoga semua sponsor yang tulus (IKAPI Jabar, Syaamil Quran, dll) diberi balasan kebaikan dunia dan akhirat atas kerja yang sudah dilakukan.

Bukan Sekedar Gaya

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Perkembangan teknologi akhir-akhir ini merupakan pisau bermata dua. Ada manfaat, tak sedikit pula keburukannya. Akhirnya, semua kembali kepada manusia sebagai penggunanya. Sebab, sebagus dan secangih apa pun sebuah perangkat, semua berpulang kepada pengguna; bagaimana ia memanfaatkannya.

Dulu, untuk berkomunikasi dengan saudara yang jauh amatlah susah. Kini, dengan aneka perangkat yang ada, hal itu amatlah mudah untuk dilakukan. Meski sayangnya, justru banyak orang yang sering merasa asing dan sepi; meski berada dalam keramaian.

Hal ini terjadi karena banyak hal. Dan semua hal itu saling berkaitan, seakan membentuk sebuah mata rantai yang jalin berkelindan.

Di antara yang menarik untuk dibincang, adalah soal gaya hidup.

Silakan dicek, mulai dari pedesaan, perkotaan hingga Ibu Kota, bisa dipastikan bahwa satu orang bisa memiliki lebih dari satu perangkat canggih informasi dan komunikasi yang sering kita sebut dengan gadget.

Kadang-kadang, bahkan seringkali, semua itu hanya untuk gaya, model, style atau apa pun namanya. Hal itu bukan lagi menjadi sebuah kebutuhan. Tapi semacam unjuk gigi. Dalihnya bisa kata update, gaul dan sejenisnya.

Oleh karenanya, lagi-lagi karena kemusliman kita; seharusnya kita bisa bersikap bijak.

Bijak bukan mengasingkan diri, bukan pula absen dari pertarungan zaman. Bijak adalah ikut berperang dengan tetap mempertahankan idealisme. Karena realitas sama sekali tidak bisa ditantang, justru harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin

Lagipula, hampir semua Nabi diutus dengan membawa mukjizat sesuai dengan zamannya. Para Nabi selalu membawa mukjizat adidaya yang saat itu masih sangat asing dan baru berkembang di zamannya.

Maka, di zaman ini, sebagai seorang muslim, kita harus ikut memanfaatkan teknologi dalam perspektif dakwah yang menjadi salah satu kewajiban asasi kita.

Bisa dibayangkan, jika ada seorang dai yang buta teknologi, bagaimana ia bergaul untuk merangkul masyarakat yang banjir informasi sebab menguasai semua perangkat teknologi yang tengah berkembang?

Di sinilah letaknya; kita memanfaatkan teknologi sebab kita butuh dengannya.

Hal ini menjadi amat penting. Dengannya, kita tak sekedar melakukan kerja konsumtif. Tapi kebutuhan.

Dalam tahap ini, tak ada pertentangan antara konten dan perangkat. Apa pun bentuknya, selama tujuan dan kebutuhan kita tercapai, maka itulah yang kita ambil.

Bukankah amat menggembirakan, jika al-Qur’an yang terdiri dari 30 juz, 114 surah, dan 6000-an ayat lengkap dengan terjemah, sebab turunnya ayat dan tafsirnya, kemudian ditambah dengan panduan fikih rukun Islam, penjelasan rukun iman, dilengkapi dengan hadits-hadits shahih dari kitab-kitab monumental seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, al-Muwatha’ Imam Malik dan sebagainya, bisa dikumpulkan dalam satu perangkat praktis, mudah dibawa dan ditempatkan di mana pun yang kita mau.

Sebab ini sudah menjadi sebuah kebiasaan di zaman ini, terpenting adalah bagaimana kita memanfaatkan dan mendalaminya. Sebab kemajuan teknologi, tak sertamerta diiringi dengan kebijakan sikap pemakainya serta kedalaman mereka dalam memahami ilmu yang terkandung di dalamnya. Meskipun, kita semakin mudah untuk mendapatkannya.

Dalam hal ini, kita angkat topi dan berucap tahniah “barakallah” kepada Syaamil Qur’an atas launching Syaamil Tabz-nya. Semoga upaya luar biasa ini diikuti banyak pihak dan syukur-syukur, ada pihak yang secara sukarela menghibahkannya secara massif kepada dai, ustadz, kiyai, cendekiawan muslim dan semua pejuang yang meninggikan kalimat Allah di muka bumi ini. 😀

Ada gak ya? Semoga. 😀

Syaamil Tabz Smbr Gb: Bandung Bisnis

Syaamil Tabz Smbr Gb: Bandung Bisnis

Mushaf al-Qur’an Korektor

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Perkembangan percetakan al-Qur’an di Indonesia bisa dibilang cukup pesat. Bermula dari al-Qur’an hitam gelap hingga kini tersedia dalam berbagai versi cetak, digital, android bahkan sudah ada versi tab al-Qur’an dan al-Qur’an e-pen.

Hal ini merupakan kabar gembira bagi kaum muslimin. Dimana perkembangan itu bertujuan untuk semakin mengakrabkan mereka dengan kitab suci yang diwahyukan melalui malaikat Jibril itu.

Dulu, saat hendak membaca al-Qur’an, seorang muslim hanya bisa konsentrasi saat berada di dalam rumah atau masjid. Karena ukuran mushafnya besar dan belum ada penerbit yang mencetak mushaf al-Qur’an ukuran saku.

Sekarang, hampir tidak ditemukan alasan (terkait ukuran mushaf) untuk tidak berinteraksi dengan firman Allah swt yang terdiri dari 30 juz dan 114 surah itu.

Hal itu dikarenakan tersedianya mushaf al-Qur’an ukuran saku dengan berbagai jenis khat dan model. Tersedia pula al-Qur’an yang dicetak perjuz, perlima juz, bahkan ada yang hanya menyediakan kompilasi juz 28,29 dan 30. Mushaf al-Qur’an saku juga tersedia berbagai jenis. Seperti al-Qur’an wanita dan sebagainya.

al-Qur'an per kata Tajwid. Smbr: store.yufid.com

al-Qur’an per kata Tajwid. Smbr: store.yufid.com

Singkatnya, geliat pergerakan Islam yang semakin menemukan momentumnya ini membuat penerbit-penerbit maupun percetakan semakin bergairah untuk menghasilkan produk mushaf dalam berbagai versi.

Syaamil al-Qur’an, dalam hal ini bisa dibilang menjadi salah satu pelopornya. Di samping ada nama lain seperti al-Burhan yang dinahkodai oleh Nandang Burhanuddin, Maghfirah Pustaka yang bermarkas di Matraman, dan banyak lagi yang lainnya.

Kini, mushaf al-Qur’an juga bisa didapatkan versi perkata dengan dilengkapi hukum tajwid dan asbabul nuzulnya. Ditambah dengan hadirnya mushaf e-pen yang bisa membaca hanya dengan menempelkan perangkat pen di atas mushaf. Yang terakhir ini diciptakan untuk memudahkan mereka yang memang tidak sempat mengaji ke luar dengan orang lain.

al-Qur'an e-pen syaamil. smbr: saranamuslimstore.com

al-Qur’an e-pen syaamil. smbr: saranamuslimstore.com

Dari kesemua itu, satu hal yang menjadi catatan penulis.

Sebagaimana diketahui bahwa proses belajar al-Qur’an yang direkomendasikan oleh Rasulullah Saw adalah proses talaqqi. Sederhananya, ada guru yang ditemui langsung. Sang Guru membacakan al-Qur’an, kemudian ditirukan oleh muridnya. Murid melihat, mendengar dan menyaksikan langsung bagaimana makhroj dan bacaan sang Guru. Ketika murid melakukan kesalahan, maka Sang Guru bisa mengingatkan seketika itu juga.

Hal inilah yang belum bisa ditemui dari sekian banyak versi cetakan mushaf al-Qur’an itu. Karena umumnya mereka berbentuk cetakan ataupun gadget. Mereka hanya bisa menyampaikan, tidak bisa mengoreksi.

Harapannya, esok, lusa atau entah kapan, akan hadir versi mushaf al-Qur’an versi cetak maupun gadget yang bisa mengoreksi bacaan pembacanya. Semoga hal ini menjadi perhatian banyak cendekia atau mereka yang bergelut di bidang ini.

Mungkin, bentuknya seperti robot. Ketika diaktifkan, kemudian pembaca melakukan kesalahan bacaan, perangkat tersebut bisa memberikan sinyal atau koreksi bahwa bacaan yang bersangkutan kurang tepat, kemudian dibenarkan oleh perangkat tersebut.

Dengan semangat yang tinggi, insya Allah hal ini bisa tergapai. Entah kapan, entah siapa pun yang kelak mewujudkannya. Jika kelak ada, saya usulkan nama untuknya: Mushaf al-Qur’an Korektor. 😀

Jika bukan kita, semoga keturunan kita bisa melakukannya kelak. Aamiin.

Buku Anak; Rancangan Peradaban

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Anak adalah generasi baru yang akan meneruskan perjuangan orang tua dan bangsanya. Keberadaan mereka amatlah penting guna keberlangsungan sebuah peradaban. Sebab itulah, anak-anak menjadi rebutan antara pembangun dan pengacau sebuah peradaban.

Sebagai generasi yang lebih dulu lahir (orang tua), kita haruslah menjaga anak-anak dengan baik. Caranya dengan memberikan pendidikan kepadanya secara layak dan sesuai dengan nilai peradaban yang kita usung.

Mendidik anak adalah menanamkan karakter. Jalannya bisa bercabang. Baik melalui pendidikan yang dimulai sejak ibu mengandung hingga sang anak tumbuh menjadi remaja-dewasa. Di dalamnya terdapat banyak cara. Melalui contoh langsung dari orang tua, belajar dari lingkungan, melalui tontonan, dongeng maupun buku-buku.

Di sinilah pentingnya keberadaan buku untuk anak-aanak dan media pembelajaran lainnya. Sebab di masa anak-anak itu, ingatan amat tajam dan bisa merekam banyak aktivitas yang dia lakukan; termasuk tentang apa yang dibaca.

Novel Lima Sekawan yang diterjemahkan dari karya penulis asal Inggris, merupakan salah satu serial 21 jilid yang banyak digemari di negeri ini di era 80-an.

sumber gb: sijalang.blogspot

sumber gb: sijalang.blogspot

Novel debutan Enid Blyton ini menjadi buku yang paling banyak diterjemahkan di berbagai negara. Buku ini  mengisahkan lima sekawan yang memiliki ketertarikan yang tinggi dalam hal berpetualang. Ia adalah Julian, Dick, Anne dan George dan anjing mereka, Timmy.

George adalah seorang perempuan. Nama aslinya Georgia. Tentang panggilannya George, sebab ia tidak mau diidentikkan dengan perempuan. Ialah sosok tomboi yang ingin menjadi lelaki sebab tak mau diidentikkan dengan lemah. Ia ingin menunjukkan; meski perempuan, sejatinya dirinya bisa pula menjadi seperti lelaki dalam peran dan kekuatan.

Terlepas dari manfaat dan maksud penulis yang hendak menanamkan jiwa analisa dan keingintahuan yang tinggi pada diri anak, amat banyak kita temukan catatan dalam buku ini. Seperti bias gender, pentingnya pendampingan orang tua dalam aktivitas anak, bias pendidikan gila harta melalui perburuan harta karun dan banyak lagi hal lainnya.

Dalam konteks agama, dimana kita adalah seorang muslim, negeri ini juga mayoritas muslim, muatan buku ini akan lebih bermasalah lagi jika disandingkan dengan bagaimana seharusnya seorang muslim mendidik anaknya.

Di awal sudah disebutkan, anak adalah saraa untuk menanamkan karakter. Diperlukan prioritas tentang apa yang hendak ditanam terlebih dahulu. Apalagi, sudah amat banyak teladan dari Rasulullah Saw dan generasi sahabatnya tentang bagaimana mendidik seorang anak.

Maka penting untuk mengisahkan perjuangan para Nabi, sahabat dan pejuang Islam lainnya. Sebab dengan itu, akan tertanam dalam benak sang anak tentang konsep hidup yang amat asasi. Anak-anak dengan materi tauhid yang bersih di masa kecilnya, ketika remaja-dewasa dan kelak menjadi orang tua, tak akan gamang dalam menapaki hidup yang kian ganas ujian serta cobaannya.

Hanya saja, anak-anak adalah sosok pemain yang tak suka bertafakkur. Ia suka dengan gambar, semua jenis mainan serta apa yag dilihat dari orang tuanya.

Maka dalam rangka merayu mereka agar gemar menekuni buku-buku anak, diperlukan kombinasi kesungguhan tekad dari orang tua, buku-buku edukatif banyak warna dan animasi serta terobosan cara yang bisa membuatnya terlibat secara langsung dalam proses itu.

Tentunya, diperlukan riset yang mendalam tentang keadaan psikologi anak. Sehingga buku yang hadir di tengah-tengah mereka memang layak konsumsi dengan nilai gizi yang super tinggi.

Kabar gembiranya, dewasa ini, kita sudah mendapati banyak sekali buku anak dengan kemasan yang amat menggoda. Mulai harga ribuan hingga ratusan ribu. Hal itu terjadi karena banyaknya penerbit yang berlomba dalam menyediakan buku untuk anak-anak dengan kualitas terbaiknya. Sehingga, ranah ini bisa menjadi ladang yang menguntungkan banyak pihak.

 

smbr gb: lailarachmani (Blog); cth sampul buku anak

smbr gb: lailarachmani (Blog); cth sampul buku anak

Garis besarnya, buku untuk anak haruslah berisi panduang; bagaimana seharusnya mereka bertumbuh menjadi dewasa dengan cara yang benar, bukan sebaliknya. Sebab ia adalah bekal. Andai salah, hasilnya pun mustahil benar. Dan, akan amat sulit untuk memperbaikinya.

Penting diwasapadai, seiring maraknya penyusupan materi dalam buku anak tentang sesuatu yang menyimpang (penyimpangan seks, dukungan terhadap kaum penyuka sesama jenis dan sejeninsnya), orang tua haruslah menjadi garda terdepan yang menyaring materi ini.

Semoga dengan itu, anak-anak kita bisa menjadi sesosok imam Syafi’i yang di usia 7 tahun sudah hafal al-Qur’an dan tak jauh setelahnya, telah hapal kitab al-Muwatha’ yang kita sendiri saja –meski sudah tua- tak piawai dalam membaca dan memahaminya.

 

Tulisan hari kedua #LOmbaBlog #PameranBukuBandung2014

Pameran Buku; Destinasi Wisata dan Pameran Peradaban

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Ada banyak pameran yang digelar di sepanjang waktu. Apalagi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan lain-lainnya. Hampir dipastikan, gelaran pameran senantiasa ada. Mulai dari produk otomotif, alat-alat berat, elektronik, mainan anak, lego dan sebagainya.

Bagi masyarakat di Jakarta, pameran bertajuk Jakarta Fair selalu menjadi perhatian tersendiri dan merupakan daya tarik yang sulit dicari tandingannya. Apalagi di pameran yang biasanya digelar di kawasan Kemayoran ini, ada tiket masuk yang harus dibayar bagi siapa yang hendak berkunjung.

Sayangnya, pameran buku masih menjadi even yang belum begitu diminati pengunjung. Meskipun, akhir-akhir ini, ketika pameran buku dikemas dengan banyak kegiatan yang edukatif dan menghibur, pengunjung semakin bertambah.

Ada banyak pameran buku yang digelar di banyak kota. Di Jakarta sendiri, ada Islamic Book Fair, Indonesia Book Fair dan Jakarta Book Fair. Inilah tiga even pameran yang rutin digelar saban tahunnya di Ibu Kota.

Lainnya, ada banyak even pameran buku yang sering digelar oleh jaringan penerbit. Biasanya dilakukan oleh penerbit-penerbit skala nasional di jaringan toko dan media promosinya. Seperti Gramedia, Gema Insani Press, Tarbawi Press, Penerbit Mizan, Indiva Media Kreasi, Grup Diva Press, Grup Tiga Serangkai, dan lain sebagainya.

Seiring berjalannya kemajuan, akhir-akhir ini sudah banyak pula pameran buku dengan banyak diskon yang diselenggarakan secara online. Misalnya yang dilakukan oleh penerbit Pro-U Media beberapa waktu lalu dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.

Mulanya, yang paling digandrungi oleh para pecinta buku (sengaja tidak menyebut kutu buku, :D) adalah diskon yang pasti diberikan di sepanjang even pameran. Misalnya, dalam Islamic Book Fair yang semakin membludak pengunjungnya, diskon diberikan pada kisaran 20%  sd 70%. Di hari terakhir pameran, ada banyak obral buku yang biasanya dimanfaatkan oleh penerbit untuk cuci gudang.

Diskon, bagi pecinta buku tak ubahnya oase di tengah sahara :D. Apalagi bagi kalangan menengah ke bawah yang harus menulis daftar buku yang diminati sebelum berbelanja. Sebab memang, ada banyak kebutuhan mendesak lain, di samping harga buku yang tidak bisa dikatakan murah. Sebut saja misalnya tafsir al-Azhar tulisan HAMKA yang dibagi dalam 9 jilid, dipatok dengan harga jual di atas Rp 2.000.000,-. Belum lagi buku-buku rujukan lainnya. 😀

Bagi mereka yang disiplin, jika misalnya mengagendakan sebulan satu buku saja, hal itu mestinya tidak memberatkan. Atau, menganggarkan Rp 50.000,- setiap bulan untuk membeli buku. Rasa-rasanya, hal itu amatlah ringan. Apalagi, bagi kalangan tersebut, biasanya belanja pulsa dan komunikasi lainnya, ada yang sudah di atas angka Rp 100.000,- perbulannya.

Jika sebulan Rp 50.000,- untuk buku, bisa didapat sekitar 2 buku tipis yang sekarang banyak dibandrol di angka Rp 25.000,- per buku. Jika diakumulasikan dalam setahun, maka ada angka Rp 600.000,- pertahun. Dimana angka itu bisa digunakan untuk membeli buku-buku rujukan atau buku bacaan biasa yang dibutuhkan oleh seseorang, sesuai kecenderungan dan spesialisainya.

Ada lagi kalangan yang boleh dibilang ‘cerdas’ dalam mengumpulkan buku. Bahkan secara gratis. Yaitu dengan menulis resensi dan bekerjasama dengan berbagai penerbit yang memang well connected dengan peresensi. Penerbit-penerbit ‘cerdas’ ini, amat piawai dalam menarik hati para peresensi. Peresensi difasilitasi dengan buku gratis, dan ditawari fee jika resensi yang ditulis dimuat di media cetak skala nasional maupun daerah.

Nah, selain diskon, ada banyak faktor yang bisa digunakan untuk menarik hati masyarakat sehingga mengunjungi pameran buku. Khususnya mereka yang masih buta dengan buku serta manfaatnya, atau kalangan anak-anak dan remaja yang kudu diedukasi dengan sesuatu yang menarik, bukan menggurui.

Inilah yang kemudian dilakukan oleh panitia Islamic Book Fair dalam setiap evennya. Mereka menyediakan tempat khusus bagi anak-anak untuk bermain. Sehingga, anak-anak itu bisa dengan mudah dirayu. Sebab memang, dunia anak-anak adalah dunia bermain.

Selain itu, di Islamic Book Fair juga menyediakan pameran baju muslim/ah dan asesorisnya lainnya. Ini merupakan daya tarik tersendiri. Sebab, kaum hawa memang selalu tertarik untuk membeli pakaian. Mereka memang identik dengan gaya dan mode. 😀

Selain itu, kegiatan talk show juga amat penting. Baik yang diisi oleh penulis, tokoh nasional, politkus, cendekiawan dan seterusnya. Hal ini pula yang dilakukan oleh panitia Islamic Book Fair dalam menarik para pengunjung hingga kegiatan itu menjadi salah satu pameran buku paling besar di Asia Tenggara.

Diundangnya tokoh seperti Yusuf Mansyur, KH Arifin Ilham, Dr M Syafi’i Antonio, Prof Nasaruddin Umar, Anis Matta, Oki Setiana Dewi, M Fauzil Adhim, Salim A Fillah,  Fellix Siauw, dimana masing-masing mereka memiliki pasarnya penggemar yang berbeda, merupakan langkah amat efektif untuk mengundang banyak pengunjung dalam pameran tersebut.

Peluncuran Buku Gelombang Ketiga Indonesia, Anis Matta di IBF 2014

Peluncuran Buku Gelombang Ketiga Indonesia, Anis Matta di IBF 2014

Pagi pengunjung, disediakannya banyak even menarik dalam pameran, semacam menyilakan pengunjung untuk minum susu sambil menyelam. Apalagi di zaman serba cepat ini, banyak pengunjung yang merasa kekurangan waktu sehingga banyak menjamak aktivitas dalam satu waktu.

Sehingga, amat menyenangkan jika dalam sekali jalan ke pameran buku; pengunjung bisa mengajak anaknya bermain, bisa mengajak istrinya berbelanja di pameran pakaian, semakin menambah ilmu melalui talk show dengan penulis atau tokoh nasional, sekaligus berburu diskon buku yang disediakan.

Bagi penyelenggara, even semacam ini menuntut mereka untuk menyediakan tempat yang representatif, sekaligus merupakan peluang bisnis yang amat menggiurkan. Apalagi dengan banyaknya cabang acara dan materi pameran, panitia bisa mengundang sebanyak mungkin sponsor acara.

Selain itu semua, diadakannya perlombaan di sepanjang pameran juga membuat kegiatan semakin semarak dan menarik. Seperti Lomba Blog yag diadakan oleh IKAPI Jabar bekerjasama dengan Syaamil Quran dalam Pameran Buku Bandung 2014 ini, atau lomba lain seperti mewarnai dan menggambar bagi anak-anak, lomba membaca, lomba nasyid dan sebagainya.

Lengkapnya sebuah pameran buku, adalah kenikmatan taktergantikan bagi pecinta buku. Kenikmatan itu bertambah dengan dihadirkannya kantin dan fasilitas ibadah di sekitar pameran. Alhasil, semua aspek; fisik, fikir dan ruhani; bisa terpenuhi dengan sempurna. Sehingga, selain sebagai pameran peradaban, pameran buku juga bisa menjadi destinasi wiasata bagi masyarakat di negeri ini.

Dengan buku, jayalah negeriku, jayalah!

7 Rahasia Pengundang Pertolongan Allah

Bersama Dakwah

Bersama Dakwah

Judul                           : 7 Rahasia Pengundang Pertolongan Allah

Penulis                         : Fadlan Al-Ikhwani

Penerbit                       : ProYou – Yogyakarta

Tebal                           : 184 Halaman ; 14×20 cm

Cetakan                       : I, 2012

ISBN                           : 978-602-8940-14-6

Manusia adalah makhluk yang lemah. Allah Mahakuat dan Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan bagi seorang manusia kecuali karena Allah berkehendak. Sebab lemahnya itu, maka manusia teramat berhajat akan pertolongan dari Allah Yang Maha Menolong. Pertolongan Allah kepada seorang hamba adalah pangkal kemudahan dan kesuksesan. Sebaliknya, ketiadaan pertolongan Allah adalah pangkal musibah dan keterjerumusan.

Allah Maha Menolong. Pertolongan-Nya bisa dipanggil dan diundang dengan cara atau amal yang telah ditentukan-Nya. Sebab Dia Maha Mengurusi seluruh makhluk-Nya. Dia memenuhi seluruh kebutuhan hamba-Nya.

Sedikitnya, ada tujuh amalan yang bisa mengundang Pertolongan Allah. Tujuh amalan ini telah digaransi oleh al-Qur’an dan dibuktikan kemujarabannya oleh para Nabi dan Rasul panutan umat ini. Semuanya bisa dipraktekan sehingga pertolongan itu benar-benar mewujud dalam kehidupan seorang hamba.

Zikir dan doa adalah amalan pertama yang bisa mengundang Pertolongan-Nya. Keduanya bisa berasal dari al-Qur’an maupun sunnah Rasul-Nya. Zikir adalah sarana untuk mengingat Allah. Dengannya, Allah akan mengingat hamba yang berzikir itu. Kemudian namanya disebut-sebut dalam majlis malaikat di sisi-Nya. Doa merupakan senjata utama orang mukmin, pencegah datangnya musibah, mengubah takdir buruk, menenangkan hati, mengunduh pahala dan aneka keutamaan lainnya.

Amalan kedua adalah melazimkan istighfar. Sebagaimana difahami, istighfar merupakan sarana meminta ampun kepada Allah atas kesalahan dan dosa yang dilakukan seorang hamba. Siapa yang melazimkan istighfar, maka akan diberikan kepadanya rezeki yang melimpah ruah-tiada habisnya. Amalan ini merupakan solusi atas setiap masalah yang ada. Melazimkan istighfar juga bisa membuat seseorang terhidar dari dosa lisan. Melazimkan berarti menghiasi diri dengannya sepanjang waktu. Di pagi, siang, sore, malam dan sepanjang hari. Ketika berbaring, duduk, berdiri, berjalan dan di setiap aktivitas.

Selanjutnya adalah sabar dan shalat. Dua hal ini telah digaransi langsung oleh Allah melalui firman-Nya dalam surah al-Baqarah. Siapa yang sabar, maka Allah bersamanya. Siapa yang mendirikan shalat, maka dia membersihkan dirinya dari dosa. Dia juga menghubungkan dirinya yang lemah kepada Allah Yang Mahakuat. Shalat adalah mi’rojnya orang beriman.

Kedua amalan ini berat dilakukan, kecuali bagi orang yang khusyu’. Yakni orang yang yakin akan pertemuan dengan Rabbnya dan meyakini bahwa dia akan kembali kepada-Nya.

Amalan keempat yang bisa mengundang pertolongan Allah adalah dengan menolong agama-Nya. Siapa yang menolong agama-Nya, maka Dia akan menolong dan meneguhkan pijakannya. Amalan ini erat kaitannya dengan berjuang di segala lini. Khususnya jihad fi sabilillah. Siapa yang berjuang kemudian mati dalam keadaan syahid, maka surga menjadi jaminan baginya.

Selain amalan-amalan langit itu, pertolongan Allah juga bisa diundang dengan cara peduli kepada sesama. Baik kepada keluarga, sahabat, masyarakat, kaum miskin yang membutuhkan atau yang memang memiliki hak atas diri seorang hamba.

Mereka yang peduli kepada sesama akan mendapat pahala ganda di dunia dan akhirat. Di dunia berupa kemudahan hidup, mendapat pertolongan balasan dari sesama, dan dimuliakan oleh sesama sebab akhlak dan kemanfaatannya. Sedangkan di akhirat, setiap amalnya akan diganjari dengan pahala terbaik.

Dua amalan terakhir yang bisa mengundang pertolongan Allah adalah memelihara takwa dan tawakkal kepada Allah. Takwa bisa menjadi sebab diberikannya jalan keluar dari Allah atas setiap persoalan. Sedangkan tawakkal membuat seseorang dicukupi kebutuhannya oleh Allah Sang Mahakuasa.

Di dalam buku ini, ketujuh rahasia mengundang pertolongan Allah dikupas tuntas dengan dalil yang kuat dari al-Qur’an, disempurnakan dengan apa yang ada dalam sunnah Nabi. Di akhir buku juga disebutkan tentang bukti pertolongan Allah melalui kisah. Dilanjutkan dengan sepuluh cara yang bisa ditempuh untuk mempercepat datangnya pertolongan Allah. Selamat membaca dan mengundang Pertolongan-Nya.

Dimuat di: Bersama Dakwah

Writerpreneur

Dok. Bambang Trim (FB)

Dok. Bambang Trim (FB)

Judul                           : 5W+1H Writerpreneur: Cerdas dan Cergas Berbisnis Tulisan

Penulis                         : Bambang Trim

Penerbit                       : Trim Komunikata – Cimahi

Tebal                           : 126 Hal

Cetakan                       : I, Februari 2014

ISBN                           : 978-602-14371-6-2

Di negeri ini, profesi Penulis masih dipandang sebelah mata. Bahkan, banyak kalangan yang mengecilkan potensi profesi ini. Padahal, andai mau melihat lebih jernih berdasarkan fakta yang ada, amat banyak penulis (dalam maupun luar negeri) yang berhasil meraih kehidupan mapan dari profesi ini.

Tanyalah kepada Habiburrahman el-Shirazy, berapa total pemasukan yang dikantonginya dari Ayat-ayat Cinta, serial Ketika Cinta Bertasbih dan buku-buku lainnya? Gabungkan dengan honor menjadi pembicara di berbagai tempat juga film dan sinetron yang diaptasi dari buku-bukunya ini.

Atau, coba gali dari sosok Andrea Hirata yang berhasil meledakkan tetralogi Laskar Pelangi di kancah perbukuan nasional dan internasional? Kemudian karyanya berlanjut menjadi layar lebar dan sempat menjadi film dengan penonton terbanyak di negeri ini.

Bincanglah pula dengan Salim A. Fillah yang selalu menelurkan karya cerdas-berkualitas tinggi. Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan sejak pertama kali diterbitkan masih hangat diperbincangkan sampai sekarang. Tahun 2012-an, ketika kami membeli buku ini, sudah tertera tulisan: cetakan ke 27.

Anggap saja, Salim mendapakan royalti 10% dari penulisan buku ini, atau sekitar Rp 3.000,- per buku (bisa lebih besar, bisa pula lebih kecil). Dalam sekali cetak, penerbit biasanya mencetak sebanyak 5000 eksemplar. Artinya, penulis mendapatan royalti sekitar Rp 15.000.000,- maka, pada cetakan ke 27, honor yang diterima sekitar Rp 405.000.000,-

Ini belum menghitung royalti buku Gue Never Die yang sudah tidak cetak lagi, Agar Bidadari Cemburu Padamu, Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim, Jalan Cinta Para Pejuang, Dalam Dekapan Ukhuwah, Bahagianya Merayakan Cinta yang dicetak dalam dua versi (hard cover dan soft cover), juga dalam bahasa Melayu (diterbitkan di Malaysia), Menyimak Kicau merajut Makna, dan Menikah memuliakan Sunnah. Royalti dua buku terakhir ini diinfaqkan untuk rakyat Palestina yang menjadi korban perang.

Buku terbaru penulis kelahiran Kota Gudeg ini, yang diberi tajuk Lapis-lapis Keberkahan, sudah dinanti dan diimpikan serta siap diserbu oleh pembaca setianya. Padahal, bukunya belum usai ditulis dan masih terus diolah oleh pihak penerbit.

Mungkin, ada di antara kita yang menyeletuk, “Mereka penulis hebat, karyanya best seller, wajar jika mendapatkan royalti luar biasa banyaknya. Sementara penulis lain, bernasib memilukan. Bahkan, ada yang honornya diembat oleh pihak penerbit.”

Sebab semua tulisan tak sertamerta menjadi best seller itulah, Bambang Trim berupaya menyajikan sebuah sudut pandang baru terkait dunia tulis-menulis ini. Sosok yang sudah malang melintang di dunia perbukuan naisonal ini membeberkan kiatnya secara blak-blakan.

Secara sederhana, buku ini menguak rahasia yang selama ini banyak disembunyikan oleh penulis-penulis keren lainnya. Bambang Trim, dengan lugas dan penuh percaya diri menceritakan bagaimana supaya seseorang bisa menjadi kaya dengan menulis. Dijelaskan dengan konsep 5W+1H menjadikan buku ini semakin layak untuk dinikmati dan diketahui bagaimana memulainya.

Secara sederhana, writerpreneur diartikan sebagai sebuah profesi yang bisa “menyulap” kertas seharga 30 ribu menjadi buku senilai 30 juta atau 3 Milyar rupiah (h. 21). Writerpreneur sendiri memiliki delapan model. Meliputi Ghost Wrriter, Literacy Agent, Publicist, Book Packager, Publishing Service, Self Publisher dan Publisher. (Bab 02)

Selain Bambang Trim, ada banyak nama yang bisa digolongkan ke dalam writerpreneur. Diantaranya adalah Aisyah Halimatussadiah pengelola KutuKutuBuku.com dan jasa self publishing di NulisBuku.com, Gol A. Gong pendiri Rumah Dunia, Jonru yang mengelola publishing service Dapur Buku, Sofie Beatrix pengelola Asa Media, Tasaro GK yang berbisnis tulisan melalui literary agent Antitesa dan juga mengelola PAUD berbasis literasi di Jatinangor, dan banyak lagi nama lainnya.

Siapa saja bisa menjadi writerpreneur. Sebab untuk menjalani profesi ini, seseorang tak harus memiliki modal yang banyak. Hanya butuh ide dan alat tullis untuk mencurahkannya. Asyiknya lagi, mereka bisa mengerjakan bisnis ini di mana saja dan kapan saja. Sehingga, tak perlu kantor dan waktu khusus untuk mengerjakannya.

Sebagaimana bisnis lainnya, seorang writerpreneur juga sangat perlu mengenal pasar yang harus dimasukinya. Sebab akan menjadi percuma kemampuan dan fasilitas yang memadai jika tak diiringi dengan kemampuan mengenal, mencari dan menciptakan pasarnya.

Pangsa pasar bisa dibagi menjadi dua garis besar; individu dan organisasi. Dari pasar individu ada 4 pasar yang bisa dibidik. Yakni para Profesional, Selebritas, Pejabat Publik dan Rohaniawan. Sedangkan dari pasar organisasi, seorang writerpreneur bisa memasuki pasar Lembaga Bisnis/Industru, Lembaga Pemerintahan dan Lembaga Pendidikan (h.73)

Masing-masing pasar diklasifikaskan menjadi tiga jenis usaha. Yakni penulisan yang meliputi penulisan bayangan dan pendampingan, penyuntingan yang meliputi penyuntingan ringan dan penyuntingan penuh, dan pemberian konsultasi meliputi pelatihan, penyusunan dan penyeliaan. (h. 74)

Terakhir, yang diperlukan oleh seorang writerpreneur adalah bagaimana memulainya. Bagian ini merupakan bagian utama setelah empat konsep sebelumnya dikuasai dengan baik. Bahwa menulis merupakan ketrampilan langka yang tidak dimiliki oleh semua orang. Bahkan, ada banyak pemuka agama maupun akademisi dengan titel berjubel, ternyata tak piawai dalam menggoreskan kata dalam tulisan.

Maka, yang terpenting dalam hal ini adalah seberapa besar dan gigihnya seorang penulis dalam belajar dan mengembangkan kemampuan menulisnya. Baik dengan belajar mandiri melalui banyak membaca, mengikuti pelatihan, belajar langsung kepada ahlinya, dan seterusnya.

Secara sederhana, bagaimana memulai menjadi writerpreneur disingkat dalam rumus C.E.P.A.T yang meliputi 5 bagian. Catat Ide, Eksplorasi dengan Data dan Fakta, Polakan tulisan dengan outline ‘”maya” atau outline tertulis dalam bentuk mind maps atau matriks, Abaikan Gangguan dan Tancap Gas sebelum usai dan tidak menyunting sambil menulis. (h. 111-112)

Setelah menyeksamai sajian dalam buku yang langsung saya beli dan ditandatangani oleh penulisnya ini, saya mendapat pencerahan bahwa Penulis bukanlah profesi recehan. Jika diseriusi, writerpreneur ini akan menjadi sebuah alternatif yang amat menjanjikan.

Dimuat di: Bersama Dakwah

Segenggam Iman Anak Kita

Segenggam Iman Anak KitaJudul                           : Segenggam Iman Anak Kita

Penulis                         : Mohammad Fauzil Adhim

Penerbit                       : Pro-U Media – Yogyakarta

Tebal                           : 288 Hal ; 14×20 cm

Cetakan                       : III, Desember 2013

ISBN                           : 978-602-7820-07-4

Anak adalah amanah dari Allah. Ia bisa juga berperan sebagai ujian. Banyak anak yang menjadi sebab kebahagiaan bagi orangtuanya, dunia dan akhirat. Pun, sebaliknya. Tidak sedikit anak yang justru menjadi sebab dijerumuskannya orangtua ke dalam sengsara dunia dan siksa neraka.

Maka anak, bukanlah variabel tetap. Baik dan tidaknya, tergantung pada bagaimana pendidikan yang diberikan oleh orangtua mereka. Inilah yang menjadi tafsir, mengapa Rasulullah bersabda bahwa semua anak terlahir dalam keadaan suci. Orangtuanyalah yang membuat anak menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.

Anak juga menjadi satu dari tiga hal yang bermanfaat bagi seseorang selepas mati. Bahwa semua amal akan terputus bersamaan dengan datangnya kematian, kecuali amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan bapak-ibunya.

Mendoakan bapak-ibunya, hanya bisa dilakukan oleh anak shalih/ah. Maka dengan kata lain, jika menghendaki investasi amal yang akan terus bersambung meski jasad telah berkalang tanah, adalah mendidik anak yang diamanahkan agar menjadi pribadi shalih/ah.

Bukan hal yang mudah untuk mendidik anak. Pasalnya, banyak kita dapati kasus yang kadang tak masuk dalam logika. Tentu, semua hal itu bermaksud baik. Salah satunya, agar kita menyadari bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Adam as. adalah seorang nabi. Tapi anaknya, Qabil, adalah manusia pertama yang melakukan kejahatan pembunuhan. Bukan orang lain yang dibunuh, tapi saudara kandungnya sendiri. Selepas Adam as., ada juga Nuh as. Beliau adalah seorang Rasul. Shalih sudah pasti, dekat dengan Allah sudah menjadi jaminan. Beliau berdakwah siang dan malam dalam kurun usia 950 tahun. Meski begitu, anaknya yang diriwayatkan bernama Kan’an, menjadi pembangkang yang nyata. Hingga akhirnya tenggelam dalam banjir azab. Sebelumnya, Nuh as. sudah membujuk anaknya. Tapi sombongnya mendominasi hingga akhirnya mati dalam keadaan kafir.

Hal sebaliknya kita dapati pada pribadi Ibrahim as. Bapaknya, Azar, adalah seorang musyrik. Bukan hanya menyembah selain Allah, bapaknya itu adalah pembuat Tuhan. Luar biasa! Tuhan bisa dibuatnya. Dengan perantara orang kafir itu, terlahirlah Ibrahim as. yang kemudian melahirkan Ismail as, Ishaq as, dan banyak nabi lainnya hingga tersambung kepada Nabi Muhammad saw.

Ibrahim as. yang dikenal sebagai kholilullah adalah nenek moyang dari banyak Nabi. Beliau juga banyak dipuji oleh Allah. Ibadah Haji, Qurban, Khitan, adalah beberapa jenis ibadah yang dinisbahkan sebagai mengikuti sunnah Rasulullah yang mulanya dipraktekan oleh Nabi Ibrahim as.

Lantas, apa yang bisa kita simpulkan dari proses mendidik anak itu sendiri? Karena seorang ayah sama sekali tidak bisa menjamin iman bagi anaknya sekalipun. Begitupula sebaliknya.

Mohammad Fauzil Adhim, melalui bukunya ini, mengajak pembaca untuk merenung lebih mendalam tentang proses pendidikan kepad anak. Dengan bahasa khasnya yang mengalir dan sarat makna, beliau hendak menuturkan kepada kita tentang apa yang seharusnya dilakukan.

Di dalam buku yang cetak ulang dalam dua pekan ini, penulis menjelaskan bahwa dalam mendidik anak, yang pertama kali harus dilakukan adalah mencurahkan kasih-sayang. Perasaan inilah yang kelak akan menghasilkan kebaikan. Syaratnya, harus merujuk kepada firman Allah dan sunnah Rasulullah. Artinya, kasih-sayang di sini dipagari oleh keduanya.

Beliau juga menerangkan kepada pembaca tentang pentingnya mengambil hati anak. Baik dari sudut pandang Islam maupun ilmu Psikologi yang menjadi spesialis studi penulisnya. Tak ketinggalan, banyak kiat-kiat teknis yang bisa kita lakukan agar mewujudkan apa yang kita hajatkan berupa anak yang shalih/ah.

Buku ini juga menyadarkan kepada kita. Bahwa cerdas, terampil, dan aneka skill kognitif lainnya, tidaklah cukup bagi anak-anak kita. Mereka memerlukan moral yang baik dalam berinteraksi dengan diri dan sesamanya, juga tentang akidah. Agar kelak, anak-anak kita menjadi penyembah-Nya semata dan tidak menduakan-Nya dengan apapun selain-Nya.

 

Dimuat di: Bersama Dakwah