Menggantungkan Nasib Pada Buku

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Buku adalah lambang peradaban. Semakin maju sebuah peradaban, maka tingkat kebutuhannya kepada buku semakin tinggi. Begitupun sebaliknya; sebuah masyarakat yang acuh terhadap buku bergizi dan sibuk dengan buku murahan secara konten, maka mustahil bagi masyarakat itu untuk merebut sebuah peradaban yang dibahsakan oleh al-Qur’an dengan frasa; dipergilirkan.

Membincang kualitas sebuah buku, mustahil melepaskannya dari peran penerbit yang merupakan produsen buku. Dewasa ini, penerbitan sudah beralih dari usaha rumahan menjadi sebuah industri bisnis dengan keuntungan yang amat menjanjikan.

Sedikit ulasan saja, dalam sekali cetak buku, dimana penerbit biasa meproduksi di kisaran 3.000 sampai 5.000 eksemplar perjudul. Jika biaya produksi per eksemplar adalah Rp 25.000,- maka biaya produksinya sudah mencapai angka Rp 75.000.000,- sampai Rp 125.000.000,-

Jika buku dengan biaya cetak Rp 25.000,- itu dijual di pasaran dengan harga Rp 100.000,- per eksemplar, maka didapat angka penjualan sebanyak Rp 300.000.000,- hingga Rp 500.000.000,-

Belum lagi menghitung gaji awak penerbit hingga bagian poduksi dan seterusnya. Jika kita meneliti sampai bawah -tingkat distributor terkecil-, maka dari satu buku saja bisa menghidupi banyak individu.

Belum lagi masalah kertas dan sebagainya. Sehingga, industri penerbitan ini sama sekali tidak boleh dipandang sebelah mata. Kuncinya ada pada idealisme dan fokus. Jika dua hal itu tidak ada, maka banyaknya penerbit berumur jagung adalah contoh nyata dari gagalnya mereka memeihara dan menumbuhkan niat dan fokus dalam berbisnis buku.

Lapis-Lapis Keberkahan; cetak ulang setelah 3 hari setelah diluncurkan.

Lapis-Lapis Keberkahan; cetak ulang setelah 3 hari setelah diluncurkan.

Menjadikan Buku Menarik

Kajian tentang bagaimana membuat sebuah buku menarik pembaca, tentu menjadi makanan sehari-hari bagi penerbit. Apalagi bagi penerbit besar yang memang berkutat di bidang itu.

Dalam tulisan singkat ini, ada sedikit analisa; mengapa sebuah buku menarik bagi pembaca.

  1. Petakan Pembaca

Tidak semua orang menyukai bakso. Mustahil jika semua manusia menggemari mie ayam. Tapi amat mungkin; sekumpulan masyarakat menjadi pencinta dan maniak buku.

Bagi penerbit, peta pembaca sudah pasti ada. Meliputi usia, lingkungan, tingkat pendidikan, dan sebagainya.

Maka pada penerbit-penerbit besar selalu memiliki divisi. Seperti divisi khusus buku anak, buku remaja, novel, buku agama (Islam,dll), rujukan, dan sebagainya.

Pemetaan yang bagus menjadi kunci amat penting bagi laku atau tidaknya sebuah buku. Dan berpengaruh sangat positif terhadap kelangsungan penerbit itu sendiri.

Bayangkan saja, jika ada buku yang berkali-kali cetak dan dibutuhkan berbagai lintas generasi, maka buku tersebut bisa dicetak sampai puluhan kali dengan jumlah setiap kali cetak ribuan eksemplar. Dalam hal ini, tak sedikit penerbit yang bertahan hidup dengan menggantungkan nasib pada buku jenis ini.

  1. Kualitas

Setelah dipetakan, bisa difahami dengan baik selera pembaca dan bagaimana mengambil hatinya.

Kalangan pemula dan yang masih asing dengan dunia buku, bisa ditarik dengan kualitas sampul, rekomendasi dari penulis yang menjadi publik figur, sinopsis yang memukau dan promosi yang ciamik.

Bagi mereka yang berada di tingkat menengah, biasanya melihat kredibiltas penerbit dan fanatik dengan penulis favoritnya. Maka penting bagi penerbit untuk “menyandra” penulis-penulis profesional dan berpasar untuk hanya menulis di tempatnya.

Karena, penulis jenis ini, akan selalu diburu karyanya. Pun, ketika belum ada karya yang terbit, karya yang lama akan selalu dicari, digemari dan dikeroyok penggemarnya.

Bagi kalangan yang berada setingkat di atasnya, sediakan buku-buku rujukan dengan harga yang melangit. Ini adalah strata teratas. Mereka sama sekali tak memandang harga. Ukurannya adalah kepuasaan; fikiran dan batin. Mereka akan selalu mencari dan menelaah apa yang dibutuhkan oleh akal dan jiwanya. Dan, mereka mendapatkannya melalui banyak buku yang dinikmati.

  1. Jangan Remehkan Peresensi

Inilah masalah yang sering diabaikan. Banyak penerbit yang tim promosinya abal-abal. Bahkan, ketika ada pembaca fanatik yang dengan suka rela menawarkan diri untuk menawarkan jasa marketing dengan hanya meminta buku yang akan dipromosikan, banyak di antara penerbit yang antipati.

Ya, peresensi. Merekalah salah satu ujung tombak laris dan tidaknya sebuah buku. Amat banyak peresensi yang dengan sukarela menawarkan jasa resensinya, padahal hanya diberi satu buku terkait.

Mereka melakukan itu karena idealisme. Mulanya, mereka berpikir. Bahwa buku yang bagus haruslah direkomendasikan agar semakin banyak orang yang berubah menjadi lebih baik selepas membaca sebuah buku yang bergizi.

Dalam hal ini, amat banyak penerbit besar yang welcome menerima peresensi sebagai tim promosi mereka, dengan tanpa memberikan gaji. Mereka memperlakukan para peresensi dengan amat baik; mulai dari menjalin kerja sama hingga menumbuhkan mereka.

Seperti yang dilakukan oleh Grup Tiga Serangkai, Grup Mizan, dan lain sebagainya. Bahkan, jika resensi yang dibuat oleh peresensi dimuat di media cetak (daerah maupun nasional), mereka dengan tangan terbuka siap mengalirkan rupiah ke rekening para peresensi.

Pada akhirnya, amat susah untuk menyimpulkan hal paling krusial terkait dunia penerbitan di negeri ini. Hanya sebuah pesan; teruslah memproduksi konten yang menarik. Menarik bukan sesuatu yang bombastis. Tetapi sesuatu yang dibutuhkan, aplikatif dan membumi.

Itulah karya-karya yang akan terus dibutuhkan oleh semua orang di lintas zamannya masing-masing. Sebab dari dulu hingga sekarang; nilai kebaikan tak akan pernah berubah.

Berharap Lebih Pada IKAPI, Boleh?

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Hampir semua pembaca mengenal baik penulis favoritnya. Pembaca yang lebih teliti, akan mengenal baik mana saja penerbit yang selalu konsisten menyajikan buku-buku berkualitas. Mereka akan mendata dengan baik kredibiltas penerbit dengan penilaian yang detil. Tidak hanya tentang buku yang diterbitkan, tetapi juga tentang banyak hal; sampul buku, tata letak, jenis kertas, ukuran buku dan sebagainya.

Tapi, bisa jadi, amat sedikit yang mengetahui betul organisasi nasional yang menanungi penerbit di negeri ini, Ikatan Penerbit Indonesia, yang mafhum disebut dengan IKAPI.

Bagi saya, ini semacam fenomena biasa, meski ada unsur ‘zalim’ di dalamnya. Hal ini sudah menjadi kebiasaan di negeri ini. Sebagaimana dalam sebuah film atau pertunjukan lainnya, artis yang di depan layar jauh lebih terkenal. Padahal, ada ‘invsible hand’ yang menghasilkan sebuah harmoni kerja hingga artis tersebut bisa tampil dengan baik.

Dalam dunia perbukuan di negeri ini, IKAPI menjadi salah satu dari banyaknya ‘invisible hand’ hingga sebuah buku booming dan penulisnya melebihi keterkenalan seorang artis. Sebab, para penulis adalah artis intelektual.

Sedangkan aktor ‘invisible hand’ lainnya adalah penerbit dengan seluruh krunya. Mulai dari CEO, editor, penata letak, pembaca naskah, dan seterusnya.

Sedikit Lebih Dekat

Saya termasuk orang yang berlaku ‘zalim’ terhadap IKAPI. Padahal, saya sering menyebut diri dengan pencinta buku. Selain kolektor, saya adalah pembaca buku, peresensi, penulis dan juga penjual buku.

Kerjaan saya sehari-hari, apalagi jika istri sedang mengajar di sekolah, saya biasa menghabiskan waktu bersama buku. Bagi saya, tidur bersanding buku adalah sensasi tersendiri. Jauh lebih nyaman dan aman jika di banding tidur bersanding hand phone atau gadget lainnya.

Tapi, maaf yang sebesar-besarnya; saya tak banyak tahu, kenal dan paham tentang IKAPI. Saat melihat website resminya, hanya satu nama dari pengurus IKAPI yang saya kenal. Yaitu Pak Bambang Trim. Itu pun karena saya sering mengikuti dan pernah meresensi buku beliau.

Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dipelopori dan diinisiatori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, M. Jusuf Ahmad, dan Nyonya A. Notosoetardjo. Ia lahir seiring menggeliatnya semangat nasionalisme pasca merdekanya Indonesia di tahun 1945.

Atas semangat itu, pada 17 Mei 1950 IKAPI resmi berdiri di Jakarta. Waktu berjalan, organisisi yang memiliki visi Menjadikan industri penerbitan buku di Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan dapat berkiprah di pasar internasional ini terus berkembang.

Hingga kini, organisasi penerbit yang sudah berganti 13 ketua sejak berdirinya itu telah bercabang menjadi 24 IKAPI daerah provinsi yang tersebar di berbagai provinsi dengan total anggota 1.126.

IKAPI smbr: Repbulika Online

IKAPI smbr: Repbulika Online

 

Berharap Lebih, Boleh Ya?

IKAPI, sebagaimana tersebut di laman resminya memiliki program kerja yang disebut dengan Panca Daya. Meliputi:

  1. Usaha memperluas kesempatan membaca dan memperbesar golongan pembaca dengan jalan mendirikan perpustakaan desa.
  2. Usaha mengembangkan penerbitan buku pendidikan dan pengajaran dengan menarik biaya alat pengajaran.
  3. Usaha menyebarkan hasil cipta sastrawan indonesia dengan jalan mengekspor hak cipta dan mengekspor buku.
  4. Usaha melindungi hak cipta serta membantu penerbitan buku universitas dan buku-buku kategori kesusastraan.
  5. Usaha mengembangkan industri grafika bagi keperluan pencetakan buku.

Andai dijabarkan, kelima program ini sudah amat menyeluruh. Hanya saja, ada harapan-harapan lain yang hendak penulis sampaikan:

  1. Sosialisasi

IKAPI harus gencar memperkenalkan diri kepada masyarakat. Apalagi di zaman ketika publikasi menjadi sangat mudah dan murah ini. Harapannya, akan lebih banyak yang mengenal, memahami dan bisa turut berkontribusi dengan program yang digalakkan IKAPI.

  1. Perbanyak Program Gratisan

Benar jika dikatakan tak ada makan siang gratis. Yang dimaksud adalah adanya subsidi silang. Bentuknya bisa dengan menarik iuran wajib kepada banyak penerbit di negeri ini atau bentuk lain, dimana program gratisan yang didapat dari subsidi silang ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas. Khususnya kalangan pencinta buku di taraf menengah ke bawah dan mereka yang sama sekali buta aksara.

Gratisan bisa berbentuk buku atau pelatihan yang memberdayakan. Sebab industri perbukuan akan menjadi sebuah bisnis yang menggiurkan ketika dikelola dengan profesional dan; bisa menyerap banyak tenaga kerja.

  1. Lanjutkan

Jika ada kesalahan dalam tulisan ini, murni karena terbatasnya ilmu penulis. Mohon diimaafkan dan dibetulkan. 😀

Untuk program yang sudah bagus, silakan dilanjutkan. Sering-seringlah melakukan koordinasi dan terobosan demi majunya Indonesia yang kita cintai ini.

Setelah itu semua, terucap syahdu; semoga Tuhan Yang Mahaesa membalas semua kebaikan yang sudah dilakukan. Sungguh, yang tertulis tak bisa mewakili jasa yang telah ditorehkan. Berharap semoga amal baik ini akan diteruskan oleh generasi setelahnya.

Program-program seperti pameran buku dan sosialisasi buku lainnya bisa terus dilakukan di berbagai daerah. Yang terbaru, Pameran Buku Bandung 2014, semoga bisa membuat masyarakat semakin antusias untuk mencintai buku dengan segela tahapnya.

Semoga semua sponsor yang tulus (IKAPI Jabar, Syaamil Quran, dll) diberi balasan kebaikan dunia dan akhirat atas kerja yang sudah dilakukan.

Buku Anak; Rancangan Peradaban

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Anak adalah generasi baru yang akan meneruskan perjuangan orang tua dan bangsanya. Keberadaan mereka amatlah penting guna keberlangsungan sebuah peradaban. Sebab itulah, anak-anak menjadi rebutan antara pembangun dan pengacau sebuah peradaban.

Sebagai generasi yang lebih dulu lahir (orang tua), kita haruslah menjaga anak-anak dengan baik. Caranya dengan memberikan pendidikan kepadanya secara layak dan sesuai dengan nilai peradaban yang kita usung.

Mendidik anak adalah menanamkan karakter. Jalannya bisa bercabang. Baik melalui pendidikan yang dimulai sejak ibu mengandung hingga sang anak tumbuh menjadi remaja-dewasa. Di dalamnya terdapat banyak cara. Melalui contoh langsung dari orang tua, belajar dari lingkungan, melalui tontonan, dongeng maupun buku-buku.

Di sinilah pentingnya keberadaan buku untuk anak-aanak dan media pembelajaran lainnya. Sebab di masa anak-anak itu, ingatan amat tajam dan bisa merekam banyak aktivitas yang dia lakukan; termasuk tentang apa yang dibaca.

Novel Lima Sekawan yang diterjemahkan dari karya penulis asal Inggris, merupakan salah satu serial 21 jilid yang banyak digemari di negeri ini di era 80-an.

sumber gb: sijalang.blogspot

sumber gb: sijalang.blogspot

Novel debutan Enid Blyton ini menjadi buku yang paling banyak diterjemahkan di berbagai negara. Buku ini  mengisahkan lima sekawan yang memiliki ketertarikan yang tinggi dalam hal berpetualang. Ia adalah Julian, Dick, Anne dan George dan anjing mereka, Timmy.

George adalah seorang perempuan. Nama aslinya Georgia. Tentang panggilannya George, sebab ia tidak mau diidentikkan dengan perempuan. Ialah sosok tomboi yang ingin menjadi lelaki sebab tak mau diidentikkan dengan lemah. Ia ingin menunjukkan; meski perempuan, sejatinya dirinya bisa pula menjadi seperti lelaki dalam peran dan kekuatan.

Terlepas dari manfaat dan maksud penulis yang hendak menanamkan jiwa analisa dan keingintahuan yang tinggi pada diri anak, amat banyak kita temukan catatan dalam buku ini. Seperti bias gender, pentingnya pendampingan orang tua dalam aktivitas anak, bias pendidikan gila harta melalui perburuan harta karun dan banyak lagi hal lainnya.

Dalam konteks agama, dimana kita adalah seorang muslim, negeri ini juga mayoritas muslim, muatan buku ini akan lebih bermasalah lagi jika disandingkan dengan bagaimana seharusnya seorang muslim mendidik anaknya.

Di awal sudah disebutkan, anak adalah saraa untuk menanamkan karakter. Diperlukan prioritas tentang apa yang hendak ditanam terlebih dahulu. Apalagi, sudah amat banyak teladan dari Rasulullah Saw dan generasi sahabatnya tentang bagaimana mendidik seorang anak.

Maka penting untuk mengisahkan perjuangan para Nabi, sahabat dan pejuang Islam lainnya. Sebab dengan itu, akan tertanam dalam benak sang anak tentang konsep hidup yang amat asasi. Anak-anak dengan materi tauhid yang bersih di masa kecilnya, ketika remaja-dewasa dan kelak menjadi orang tua, tak akan gamang dalam menapaki hidup yang kian ganas ujian serta cobaannya.

Hanya saja, anak-anak adalah sosok pemain yang tak suka bertafakkur. Ia suka dengan gambar, semua jenis mainan serta apa yag dilihat dari orang tuanya.

Maka dalam rangka merayu mereka agar gemar menekuni buku-buku anak, diperlukan kombinasi kesungguhan tekad dari orang tua, buku-buku edukatif banyak warna dan animasi serta terobosan cara yang bisa membuatnya terlibat secara langsung dalam proses itu.

Tentunya, diperlukan riset yang mendalam tentang keadaan psikologi anak. Sehingga buku yang hadir di tengah-tengah mereka memang layak konsumsi dengan nilai gizi yang super tinggi.

Kabar gembiranya, dewasa ini, kita sudah mendapati banyak sekali buku anak dengan kemasan yang amat menggoda. Mulai harga ribuan hingga ratusan ribu. Hal itu terjadi karena banyaknya penerbit yang berlomba dalam menyediakan buku untuk anak-anak dengan kualitas terbaiknya. Sehingga, ranah ini bisa menjadi ladang yang menguntungkan banyak pihak.

 

smbr gb: lailarachmani (Blog); cth sampul buku anak

smbr gb: lailarachmani (Blog); cth sampul buku anak

Garis besarnya, buku untuk anak haruslah berisi panduang; bagaimana seharusnya mereka bertumbuh menjadi dewasa dengan cara yang benar, bukan sebaliknya. Sebab ia adalah bekal. Andai salah, hasilnya pun mustahil benar. Dan, akan amat sulit untuk memperbaikinya.

Penting diwasapadai, seiring maraknya penyusupan materi dalam buku anak tentang sesuatu yang menyimpang (penyimpangan seks, dukungan terhadap kaum penyuka sesama jenis dan sejeninsnya), orang tua haruslah menjadi garda terdepan yang menyaring materi ini.

Semoga dengan itu, anak-anak kita bisa menjadi sesosok imam Syafi’i yang di usia 7 tahun sudah hafal al-Qur’an dan tak jauh setelahnya, telah hapal kitab al-Muwatha’ yang kita sendiri saja –meski sudah tua- tak piawai dalam membaca dan memahaminya.

 

Tulisan hari kedua #LOmbaBlog #PameranBukuBandung2014

Pameran Buku; Destinasi Wisata dan Pameran Peradaban

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Ada banyak pameran yang digelar di sepanjang waktu. Apalagi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan lain-lainnya. Hampir dipastikan, gelaran pameran senantiasa ada. Mulai dari produk otomotif, alat-alat berat, elektronik, mainan anak, lego dan sebagainya.

Bagi masyarakat di Jakarta, pameran bertajuk Jakarta Fair selalu menjadi perhatian tersendiri dan merupakan daya tarik yang sulit dicari tandingannya. Apalagi di pameran yang biasanya digelar di kawasan Kemayoran ini, ada tiket masuk yang harus dibayar bagi siapa yang hendak berkunjung.

Sayangnya, pameran buku masih menjadi even yang belum begitu diminati pengunjung. Meskipun, akhir-akhir ini, ketika pameran buku dikemas dengan banyak kegiatan yang edukatif dan menghibur, pengunjung semakin bertambah.

Ada banyak pameran buku yang digelar di banyak kota. Di Jakarta sendiri, ada Islamic Book Fair, Indonesia Book Fair dan Jakarta Book Fair. Inilah tiga even pameran yang rutin digelar saban tahunnya di Ibu Kota.

Lainnya, ada banyak even pameran buku yang sering digelar oleh jaringan penerbit. Biasanya dilakukan oleh penerbit-penerbit skala nasional di jaringan toko dan media promosinya. Seperti Gramedia, Gema Insani Press, Tarbawi Press, Penerbit Mizan, Indiva Media Kreasi, Grup Diva Press, Grup Tiga Serangkai, dan lain sebagainya.

Seiring berjalannya kemajuan, akhir-akhir ini sudah banyak pula pameran buku dengan banyak diskon yang diselenggarakan secara online. Misalnya yang dilakukan oleh penerbit Pro-U Media beberapa waktu lalu dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.

Mulanya, yang paling digandrungi oleh para pecinta buku (sengaja tidak menyebut kutu buku, :D) adalah diskon yang pasti diberikan di sepanjang even pameran. Misalnya, dalam Islamic Book Fair yang semakin membludak pengunjungnya, diskon diberikan pada kisaran 20%  sd 70%. Di hari terakhir pameran, ada banyak obral buku yang biasanya dimanfaatkan oleh penerbit untuk cuci gudang.

Diskon, bagi pecinta buku tak ubahnya oase di tengah sahara :D. Apalagi bagi kalangan menengah ke bawah yang harus menulis daftar buku yang diminati sebelum berbelanja. Sebab memang, ada banyak kebutuhan mendesak lain, di samping harga buku yang tidak bisa dikatakan murah. Sebut saja misalnya tafsir al-Azhar tulisan HAMKA yang dibagi dalam 9 jilid, dipatok dengan harga jual di atas Rp 2.000.000,-. Belum lagi buku-buku rujukan lainnya. 😀

Bagi mereka yang disiplin, jika misalnya mengagendakan sebulan satu buku saja, hal itu mestinya tidak memberatkan. Atau, menganggarkan Rp 50.000,- setiap bulan untuk membeli buku. Rasa-rasanya, hal itu amatlah ringan. Apalagi, bagi kalangan tersebut, biasanya belanja pulsa dan komunikasi lainnya, ada yang sudah di atas angka Rp 100.000,- perbulannya.

Jika sebulan Rp 50.000,- untuk buku, bisa didapat sekitar 2 buku tipis yang sekarang banyak dibandrol di angka Rp 25.000,- per buku. Jika diakumulasikan dalam setahun, maka ada angka Rp 600.000,- pertahun. Dimana angka itu bisa digunakan untuk membeli buku-buku rujukan atau buku bacaan biasa yang dibutuhkan oleh seseorang, sesuai kecenderungan dan spesialisainya.

Ada lagi kalangan yang boleh dibilang ‘cerdas’ dalam mengumpulkan buku. Bahkan secara gratis. Yaitu dengan menulis resensi dan bekerjasama dengan berbagai penerbit yang memang well connected dengan peresensi. Penerbit-penerbit ‘cerdas’ ini, amat piawai dalam menarik hati para peresensi. Peresensi difasilitasi dengan buku gratis, dan ditawari fee jika resensi yang ditulis dimuat di media cetak skala nasional maupun daerah.

Nah, selain diskon, ada banyak faktor yang bisa digunakan untuk menarik hati masyarakat sehingga mengunjungi pameran buku. Khususnya mereka yang masih buta dengan buku serta manfaatnya, atau kalangan anak-anak dan remaja yang kudu diedukasi dengan sesuatu yang menarik, bukan menggurui.

Inilah yang kemudian dilakukan oleh panitia Islamic Book Fair dalam setiap evennya. Mereka menyediakan tempat khusus bagi anak-anak untuk bermain. Sehingga, anak-anak itu bisa dengan mudah dirayu. Sebab memang, dunia anak-anak adalah dunia bermain.

Selain itu, di Islamic Book Fair juga menyediakan pameran baju muslim/ah dan asesorisnya lainnya. Ini merupakan daya tarik tersendiri. Sebab, kaum hawa memang selalu tertarik untuk membeli pakaian. Mereka memang identik dengan gaya dan mode. 😀

Selain itu, kegiatan talk show juga amat penting. Baik yang diisi oleh penulis, tokoh nasional, politkus, cendekiawan dan seterusnya. Hal ini pula yang dilakukan oleh panitia Islamic Book Fair dalam menarik para pengunjung hingga kegiatan itu menjadi salah satu pameran buku paling besar di Asia Tenggara.

Diundangnya tokoh seperti Yusuf Mansyur, KH Arifin Ilham, Dr M Syafi’i Antonio, Prof Nasaruddin Umar, Anis Matta, Oki Setiana Dewi, M Fauzil Adhim, Salim A Fillah,  Fellix Siauw, dimana masing-masing mereka memiliki pasarnya penggemar yang berbeda, merupakan langkah amat efektif untuk mengundang banyak pengunjung dalam pameran tersebut.

Peluncuran Buku Gelombang Ketiga Indonesia, Anis Matta di IBF 2014

Peluncuran Buku Gelombang Ketiga Indonesia, Anis Matta di IBF 2014

Pagi pengunjung, disediakannya banyak even menarik dalam pameran, semacam menyilakan pengunjung untuk minum susu sambil menyelam. Apalagi di zaman serba cepat ini, banyak pengunjung yang merasa kekurangan waktu sehingga banyak menjamak aktivitas dalam satu waktu.

Sehingga, amat menyenangkan jika dalam sekali jalan ke pameran buku; pengunjung bisa mengajak anaknya bermain, bisa mengajak istrinya berbelanja di pameran pakaian, semakin menambah ilmu melalui talk show dengan penulis atau tokoh nasional, sekaligus berburu diskon buku yang disediakan.

Bagi penyelenggara, even semacam ini menuntut mereka untuk menyediakan tempat yang representatif, sekaligus merupakan peluang bisnis yang amat menggiurkan. Apalagi dengan banyaknya cabang acara dan materi pameran, panitia bisa mengundang sebanyak mungkin sponsor acara.

Selain itu semua, diadakannya perlombaan di sepanjang pameran juga membuat kegiatan semakin semarak dan menarik. Seperti Lomba Blog yag diadakan oleh IKAPI Jabar bekerjasama dengan Syaamil Quran dalam Pameran Buku Bandung 2014 ini, atau lomba lain seperti mewarnai dan menggambar bagi anak-anak, lomba membaca, lomba nasyid dan sebagainya.

Lengkapnya sebuah pameran buku, adalah kenikmatan taktergantikan bagi pecinta buku. Kenikmatan itu bertambah dengan dihadirkannya kantin dan fasilitas ibadah di sekitar pameran. Alhasil, semua aspek; fisik, fikir dan ruhani; bisa terpenuhi dengan sempurna. Sehingga, selain sebagai pameran peradaban, pameran buku juga bisa menjadi destinasi wiasata bagi masyarakat di negeri ini.

Dengan buku, jayalah negeriku, jayalah!

Fiqh Negara

Dakwatuna

Dakwatuna

Judul Asli                    :  Min Fiqh ad-Daulah fil Islam

Terjemahan                  : Fiqih Negara

Penulis                         : Dr. Yusuf Qardhawy

Penerjemah                  : Syafril Halim

Penerbit                       : Robbani Press – Jakarta

Tebal                           : 260 Halaman

Islam adalah agama paripurna yang mengurusi seluruh aspek kehidupan manusia. Mulai dari yang sederhana hingga hal paling rumit. Mulai dari hal terkecil, hingga hal yang terbesar. Islam tidak hanya mengatur kehidupan individu, tetapi juga dalam kehidupan bertetangga, bermasyarakat hingga bernegara. Semua hal ini, telah dicontohkan dengan sangat baik oleh pribadi Rasulullah saw.

Terkait kehidupan bernegara, meskipun sudah dicontohkan dengan sangat baik oleh Rasulullah dan pendahulu terbaik umat ini, kaum muslimin masih berdebat dan berbeda pendapat tentangnya.

Ada kubu yang menganggap bahwa kaum muslimin hanya boleh terjun ke pemerintahan dalam sistem Khilafah. Ada juga yang memilih untuk bertarung dalam sistem apapun demi kemanangan Islam. Pihak lain, justru mengharamkan hal itu karena bukan sistem Islam. Anehnya, jika kemudian kaum muslimin dirugikan, mereka ikut melakukan protes. Padahal, ketika diberi opsi untuk ikut serta secara aktif dalam memenangkan kekuatan kaum muslimin melalui berbagai jalur pemerintahan, kelompok ini merasa enggan. Bahkan, mengharamkannya.

Sehingga, kajian tentang bernegara ini perlu untuk terus digalakkan. Tentu, dengan merujuk kepada sumber primer yakni al-Qur’an, hadits, dan ijma’ ulama’. Karena, pengaturan kehidupan bernegara ini, bukan kreasi gerakan Islam (pendiri dan aktivisnya), tapi merupakan kajian dari teks-teks Islam yang tegas, fakta sejarah yang tidak akan berubah dan karakter dakwah Islam yang komprehensif. (h. 5)

Kajian tentang fiqh Negara ini, setelah membahas tentang asalnya, maka selanjutnya adalah tentang rambu-rambu negara yang dibangun oleh Islam. Negara yang dibangun oleh Islam adalah: negara madani bersumberkan Islam, negara Internasional, negara konstitusional berdasarkan syariat, negara musyawarah bukan kerajaan, negara petunjuk bukan negara pengumpul harta, negara pelindung kaum dhuafa, negara hak asai dan kebebasan, negara prinsip dan moral.(h. 29-58)

Selain rambu-rambu, penting juga untuk dimengerti tentang karakter negara dalam Islam itu sendiri. Pengetahuan tentang karakter ini amatlah penting. Sehingga kita bisa mengetahui tentang mana jalan yang harus ditempuh dan jalan yang harus dihindari.

Bahwa negara Islam bukanlah negara agamawan yang pernah berkuasa di Eropa. Yakni kekuasaan absolut atas nama agama yang kemudian berdampak buruk bagi kesejahteraan masyarakat. Hanya demi kepentingan pribadi dan golongan pengusungnya. Hal inilah yang terus dibisikkan oleh musuh-musuh Islam sehingga kaum muslimin merasa anti dan kemudian memusuhi sesamanya yang berjuang dalam jalur pemerintahan.

Selanjutnya, di dalam buku ini juga dibahas tentang berbagai sistem pemerintahan yang ada saat ini. Mulai dari sistem multipartai, pencalonan wanita untuk dewan perwakilan,  hukum berpastisipasi dalam pemerintahan non-Islam, juga tentang bagaimana hukumnya mencalonan non-Muslim untuk menjadi anggota dewan perwakilan rakyat.

Kajian dalam buku ini, sangat layak untuk dilirik. Jika memang ada yang tak tertarik untuk membahasnya lebih jauh. Syukur-syukur, jika ijtihad penulisnya dalam buku ini, ada yag bisa melengkapi, mengoreksi ataupun membandingkannya dengan ijtihad lain berdasarkan al-Qur’an dan sunnah.

Pasalnya, saat ini, kaum muslimin lebih sibuk untuk membahas perbedaan cara ibadah dan khilaifyah lainnya, dibanding sibuk mengurus negara. Padahal, jika Islam berkuasa, seluruh agama akan dinaungi dalam keadilan dan kesejahteraan. Ini bukan retorika, tapi sudah dibuktikan dalam tinta-tinta emas sejarah.

Dimuat di: Dakwatuna

Kembali Kepada Allah

@lentera-abadi1.jpg

@lentera-abadi1.jpg

Negeri ini tengah berada dalam titik nadir sebuah peradaban. Hal ini terlihat dari rusaknya moral sebagian besar penduduknya. Mulai dari rakyat hingga pejabat.  Mulai rakyat jelata yang harus meregang nyawa lantaran diamuk masa, seorang kakek yang mencabuli beberapa anak kecil karena menuruti nafsu bejatnya, para pejabat berdasi yang rajin korupsi, berita perselingkuhan artis yang menjamur, hingga aneka aksi anarkis aparat yang mengatasnamakan penegakan hukum.

Oleh karena akutnya masalah tersebut, perlu adanya kesadaran dari tiap individu untuk melakukan instropeksi diri. Berkaca lebih dalam, bahwa kesalahan tiap individu sekecil apapun, berdampak pula terhadap kerusakan massal yang tengah terjadi di negeri ini. Instropeksi ini harus berujung pada taubat nasional oleh seluruh komponen bangsa agar kebangkitan bukan sekedar wacana.

Taubat berarti kembali kepada Allah setelah seorang hamba menjauh. Baik secara sadar ataupun tidak. Taubat terdiri dari tiga langkah. Menyesali perbuatan dosa, komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan dan beramal shalih seoptimal mungkin untuk menebus kesalahan. Jika kesalahan yang dilakukan terkait dengan orang lain, maka diwajibkan pula meminta maaf dan mengembalikan hak-hak orang yang didholimi.

Sayangnya, kata taubat sering disalahmaknai. Taubat hanya dimaklumatkan kepada mereka yang telah lama bergelimang dosa. Padahal, taubat diperintahkan kepada orang beriman, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (QS an Nuur [24]:31). “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,” (QS at-Tahriim [66]:8).

Satu Aksi Banyak Solusi

Salah satu ciri khas perintah Allah adalah aspek imbalan yang selalu dijanjikan di awal dan tidak mungkin diingkari. Barangsiapa yang menjadikan taubat sebagai jalan keluar atas masalah yang menimpa, Allah akan memberikan kepada orang tersebut beragam imbalan. Baik di dunia ataupun di akhirat.

Pertama, dihapuskan kesalahan-kesalahannya. Sebagai manusia yang tidak lepas dari kesalahan dan dosa, dihapuskannya kesalahan dan dosa oleh Sang Maha adalah nikmat yang tidak mungkin ditukar dengan apapun.

Dalam konteks individu dan kebangsaan, taubat adalah jalan pintas yang Allah berikan untuk menghapus dosa dan kesalahan hambaNa. “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Furqon [25]:70). Dalam ayat lain, Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu,” (QS at-Tahriim [66]:8).

Taubat, iman dan amal shalih adalah paket yang tidak bisa dipisahkan jika penghapusan kesalahan dan dosa yang diiinginkan. Tentu, dengan taubat yang benar sehingga tidak terjerumus berulangkali dalam lubang yang sama.

Kedua, diberi rejeki tanpa batas. Disadari atau tidak, rejeki erat kaitannya dengan kadar keimanan. Taubat adalah salah satu pintu pembuka rejeki bagi orang beriman. Logika sederhananya adalah ketika ada anak yang sholih, maka orang tua dengan mudah memberikan semua yang diminta anak tersebut. Begitupun ketika anak tersebut nakal, maka orang tua akan mencari berjuta dalih untuk tidak menuruti permohonan sang anak.

Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa” (QS Huud [11]:52).

Taubat yang berbentuk istghfar merupakan salah satu sebab turunnya hujan. Air hujan dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan dan hewan untuk berkembang biak secara optimal. Sehingga kedua makhluk tersebut menghasilkan limpahan rejeki untuk dimanfaatkan umat manusia. Dalam surah lain juga ditegaskan bahwa taubat bisa membuat seseorang diberi anak yang bisa memberatkan bumi dengan kalimat tauhid.

Allah juga berjanji, “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan (QS Huud [11]:3).

Sedangkan Sang Rasul junjungan menegaskan, “Barangsiapa memperbanyak istighfar (taubat) maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan dan memberinya jalan keluar bagi kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duga.” (HR. Abu Dawud)

Ketiga, alat tukar untuk ‘membeli’ surga. Surga dijelaskan sebagai tempat kenikmatan yang dijanjikan atau diwariskan. Dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa seorang mukmin masuk surga lantaran rahmat Allah, bukan sekedar karena amalnya.

Taubat merupakan salah satu tiket yang bisa digunakan untuk ‘membeli’ surga. “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang mengembara (demi ilmu dan agama), yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin (QS at-Taubah[9]:111-112).

Taubat dalam ayat terebut disejajarkan dengan jihad, ruku’, sujud, ibadah dan amar ma’ruf nahi munkar. Ayat ini merupakan salah satu bukti bahwa taubat menduduki maqam yang tinggi di sisiNya.  Allah juga berfirman, “Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun,” (QS Maryam [19]:60)

Keempat, didoakan oleh malaikat. Salah satu doa yang tidak tertolak adalah doa orang sholih dan doa malaikat. Dimana makhluk yang terbuat dari cahaya ini tidak pernah durhaka kepada Allah. Karena tingginya derajat orang yang bertaubat, malaikat yang suci  pun mendoakan mereka, “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): ‘Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,’”(QS al- Mu’miin [40]:7)

Kelima, menjadi kekasih Allah. Menjadi orang yang dikasihi oleh Sang Pencipta adalah anugerah yang sangat luar biasa. Jika Allah sudah mencintai seorang hamba, maka Dia akan menggerakkan seluruh penghuni langit dan bumi untuk turut serta mencintai hamba tersebut.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”(QS al-Baqarah [2]:122). Orang yang bertaubat didahulukan dari orang yang bersuci. Karena taubat merupakan sarana untuk mensucikan fisik, fikiran juga jiwa dari kesalahan dan dosa.

Dalam sebuah hadits riwayat Imam ad-Dailami, Rasul berpesan, “Tiada sesuatu yang lebih disukai Allah daripada seorang pemuda yang bertaubat.”

Semoga kita bisa menjadi bagian dari orang-orang yang dicintai Allah dan dicukupi semua kebutuhannya dengan membiasakan bertaubat. Meminta ampun kepada Allah atas semua kesalahan yang kita kerjakan. Jika taubat sudah menjadi budaya di negeri ini, insya Allah Indonesia akan bangkit dan menguasai dunia. Semoga. Aamiin.

Dimuat di : Fimadani