Bukan Sekedar Gaya

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Perkembangan teknologi akhir-akhir ini merupakan pisau bermata dua. Ada manfaat, tak sedikit pula keburukannya. Akhirnya, semua kembali kepada manusia sebagai penggunanya. Sebab, sebagus dan secangih apa pun sebuah perangkat, semua berpulang kepada pengguna; bagaimana ia memanfaatkannya.

Dulu, untuk berkomunikasi dengan saudara yang jauh amatlah susah. Kini, dengan aneka perangkat yang ada, hal itu amatlah mudah untuk dilakukan. Meski sayangnya, justru banyak orang yang sering merasa asing dan sepi; meski berada dalam keramaian.

Hal ini terjadi karena banyak hal. Dan semua hal itu saling berkaitan, seakan membentuk sebuah mata rantai yang jalin berkelindan.

Di antara yang menarik untuk dibincang, adalah soal gaya hidup.

Silakan dicek, mulai dari pedesaan, perkotaan hingga Ibu Kota, bisa dipastikan bahwa satu orang bisa memiliki lebih dari satu perangkat canggih informasi dan komunikasi yang sering kita sebut dengan gadget.

Kadang-kadang, bahkan seringkali, semua itu hanya untuk gaya, model, style atau apa pun namanya. Hal itu bukan lagi menjadi sebuah kebutuhan. Tapi semacam unjuk gigi. Dalihnya bisa kata update, gaul dan sejenisnya.

Oleh karenanya, lagi-lagi karena kemusliman kita; seharusnya kita bisa bersikap bijak.

Bijak bukan mengasingkan diri, bukan pula absen dari pertarungan zaman. Bijak adalah ikut berperang dengan tetap mempertahankan idealisme. Karena realitas sama sekali tidak bisa ditantang, justru harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin

Lagipula, hampir semua Nabi diutus dengan membawa mukjizat sesuai dengan zamannya. Para Nabi selalu membawa mukjizat adidaya yang saat itu masih sangat asing dan baru berkembang di zamannya.

Maka, di zaman ini, sebagai seorang muslim, kita harus ikut memanfaatkan teknologi dalam perspektif dakwah yang menjadi salah satu kewajiban asasi kita.

Bisa dibayangkan, jika ada seorang dai yang buta teknologi, bagaimana ia bergaul untuk merangkul masyarakat yang banjir informasi sebab menguasai semua perangkat teknologi yang tengah berkembang?

Di sinilah letaknya; kita memanfaatkan teknologi sebab kita butuh dengannya.

Hal ini menjadi amat penting. Dengannya, kita tak sekedar melakukan kerja konsumtif. Tapi kebutuhan.

Dalam tahap ini, tak ada pertentangan antara konten dan perangkat. Apa pun bentuknya, selama tujuan dan kebutuhan kita tercapai, maka itulah yang kita ambil.

Bukankah amat menggembirakan, jika al-Qur’an yang terdiri dari 30 juz, 114 surah, dan 6000-an ayat lengkap dengan terjemah, sebab turunnya ayat dan tafsirnya, kemudian ditambah dengan panduan fikih rukun Islam, penjelasan rukun iman, dilengkapi dengan hadits-hadits shahih dari kitab-kitab monumental seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, al-Muwatha’ Imam Malik dan sebagainya, bisa dikumpulkan dalam satu perangkat praktis, mudah dibawa dan ditempatkan di mana pun yang kita mau.

Sebab ini sudah menjadi sebuah kebiasaan di zaman ini, terpenting adalah bagaimana kita memanfaatkan dan mendalaminya. Sebab kemajuan teknologi, tak sertamerta diiringi dengan kebijakan sikap pemakainya serta kedalaman mereka dalam memahami ilmu yang terkandung di dalamnya. Meskipun, kita semakin mudah untuk mendapatkannya.

Dalam hal ini, kita angkat topi dan berucap tahniah “barakallah” kepada Syaamil Qur’an atas launching Syaamil Tabz-nya. Semoga upaya luar biasa ini diikuti banyak pihak dan syukur-syukur, ada pihak yang secara sukarela menghibahkannya secara massif kepada dai, ustadz, kiyai, cendekiawan muslim dan semua pejuang yang meninggikan kalimat Allah di muka bumi ini. 😀

Ada gak ya? Semoga. 😀

Syaamil Tabz Smbr Gb: Bandung Bisnis

Syaamil Tabz Smbr Gb: Bandung Bisnis

Mushaf al-Qur’an Korektor

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Poster Lomba Blog Pameran Buku Bandung 2014

Perkembangan percetakan al-Qur’an di Indonesia bisa dibilang cukup pesat. Bermula dari al-Qur’an hitam gelap hingga kini tersedia dalam berbagai versi cetak, digital, android bahkan sudah ada versi tab al-Qur’an dan al-Qur’an e-pen.

Hal ini merupakan kabar gembira bagi kaum muslimin. Dimana perkembangan itu bertujuan untuk semakin mengakrabkan mereka dengan kitab suci yang diwahyukan melalui malaikat Jibril itu.

Dulu, saat hendak membaca al-Qur’an, seorang muslim hanya bisa konsentrasi saat berada di dalam rumah atau masjid. Karena ukuran mushafnya besar dan belum ada penerbit yang mencetak mushaf al-Qur’an ukuran saku.

Sekarang, hampir tidak ditemukan alasan (terkait ukuran mushaf) untuk tidak berinteraksi dengan firman Allah swt yang terdiri dari 30 juz dan 114 surah itu.

Hal itu dikarenakan tersedianya mushaf al-Qur’an ukuran saku dengan berbagai jenis khat dan model. Tersedia pula al-Qur’an yang dicetak perjuz, perlima juz, bahkan ada yang hanya menyediakan kompilasi juz 28,29 dan 30. Mushaf al-Qur’an saku juga tersedia berbagai jenis. Seperti al-Qur’an wanita dan sebagainya.

al-Qur'an per kata Tajwid. Smbr: store.yufid.com

al-Qur’an per kata Tajwid. Smbr: store.yufid.com

Singkatnya, geliat pergerakan Islam yang semakin menemukan momentumnya ini membuat penerbit-penerbit maupun percetakan semakin bergairah untuk menghasilkan produk mushaf dalam berbagai versi.

Syaamil al-Qur’an, dalam hal ini bisa dibilang menjadi salah satu pelopornya. Di samping ada nama lain seperti al-Burhan yang dinahkodai oleh Nandang Burhanuddin, Maghfirah Pustaka yang bermarkas di Matraman, dan banyak lagi yang lainnya.

Kini, mushaf al-Qur’an juga bisa didapatkan versi perkata dengan dilengkapi hukum tajwid dan asbabul nuzulnya. Ditambah dengan hadirnya mushaf e-pen yang bisa membaca hanya dengan menempelkan perangkat pen di atas mushaf. Yang terakhir ini diciptakan untuk memudahkan mereka yang memang tidak sempat mengaji ke luar dengan orang lain.

al-Qur'an e-pen syaamil. smbr: saranamuslimstore.com

al-Qur’an e-pen syaamil. smbr: saranamuslimstore.com

Dari kesemua itu, satu hal yang menjadi catatan penulis.

Sebagaimana diketahui bahwa proses belajar al-Qur’an yang direkomendasikan oleh Rasulullah Saw adalah proses talaqqi. Sederhananya, ada guru yang ditemui langsung. Sang Guru membacakan al-Qur’an, kemudian ditirukan oleh muridnya. Murid melihat, mendengar dan menyaksikan langsung bagaimana makhroj dan bacaan sang Guru. Ketika murid melakukan kesalahan, maka Sang Guru bisa mengingatkan seketika itu juga.

Hal inilah yang belum bisa ditemui dari sekian banyak versi cetakan mushaf al-Qur’an itu. Karena umumnya mereka berbentuk cetakan ataupun gadget. Mereka hanya bisa menyampaikan, tidak bisa mengoreksi.

Harapannya, esok, lusa atau entah kapan, akan hadir versi mushaf al-Qur’an versi cetak maupun gadget yang bisa mengoreksi bacaan pembacanya. Semoga hal ini menjadi perhatian banyak cendekia atau mereka yang bergelut di bidang ini.

Mungkin, bentuknya seperti robot. Ketika diaktifkan, kemudian pembaca melakukan kesalahan bacaan, perangkat tersebut bisa memberikan sinyal atau koreksi bahwa bacaan yang bersangkutan kurang tepat, kemudian dibenarkan oleh perangkat tersebut.

Dengan semangat yang tinggi, insya Allah hal ini bisa tergapai. Entah kapan, entah siapa pun yang kelak mewujudkannya. Jika kelak ada, saya usulkan nama untuknya: Mushaf al-Qur’an Korektor. 😀

Jika bukan kita, semoga keturunan kita bisa melakukannya kelak. Aamiin.