Sedekah pada mulanya adalah berbagi. Apapun, asal kebaikan. Bahkan, mereka yang tak punya uang sekalipun, bisa bersedekah dengan senyum dan bermuka manis. Sabda Nabi, “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”
Tepat setelah Ashar hari kamis kemarin, saya merenung sembari mengulang bacaan surah ke 56. (kalau lupa, silahkan lihat mushaf. 😀 ) Bagi saya, surah tersebut merupakan kunci kekayaan. Bagaimana tidak? Dalam sajian singkat itu, terpampang pemandangan indah seputar surga dan pemandangan mengerikan terkait neraka. Sehingga, dua hal ini saja, jika dihayati, akan membuat kita berharap surga dan cemas ketika kelak dimasukkan ke neraka. Dan itulah kaya yang sebenarnya, ketika surga lebih kita harapkan seperti apa yang disajikan dalam surah tersebut.
Sesaat kemudian, saya baru teringat kalau ada beberapa teman yang melaksanakan puasa sunnah senin kamis. Maka, sayapun beranjak merogoh kantong. Niatnya, membelikan sedikit makanan untuk mereka ketika masa berbuka tiba.
Niat pun tertunaikan dengan gemilang. Hanya jus sirsak dan sedikit makanan khas Indonesia : gorengan. Hehehehehe 🙂 Nilainya hanya dua puluh lima ribu rupiah.
Tepat sesaat sebelum maghrib, ‘rampasan perang’ tersebut saya bagikan kepada mereka yang telah saya jadikan target. Alhamdulillah, rasanya nikmat ketika masih bisa berbagi, meski ala kadarnya.
Tak lama, adzan berkumandang, saya memilih menikmati teh tubruk buatan sendiri. Dan memakan gorengan rame-rame dengan teman-teman. Sekitar lima menit setelah adzan, ada bos yang menghampiri. Teman-teman tengah mengambil lapaknya masing-masing. Si bos tiba-tiba menyodorkan selembar berwarna biru, lima puluh ribu rupiah. Kata dia, “Buat tambahan jajan.” Dengan tanpa basa basi, saya berucap, “Ok Bos, terima kasih ya.”
Sekitar lima menit berselang, bos lain menghampiri (lagi). Kali ini, dia datang dari arah belakang. Dia pun menyodorkan selembar warna merah, seratus ribu, dengan berucap, “Buat tambahan beli pulsa, mas. Hadiah.” Tanpa koma, saya pun menerima hadiah tersebut dengan beriring senyum dan kalimat syukur, “Ok bos, terima kasih ya.”
Setelah kedua bos itu berlalu, saya baru berpikir. Ada dua rejeki beruntun. Jumlahnya pun lumayan bagi seorang karyawan pabrik seperti saya, Hehehehe.
Dalam jenak, kemudian saya berkesimpulan, “Mungkin, ini balasan dari Allah atas niat saya berbagi kepada teman-teman yang tengah berpuasa sunnah. Sehingga uang dua puluh lima ribu, dibalas tunai dengan seratus lima puluh ribu. Enam kali lipat. “
Sayapun hanya terdiam sembari bersyukur. Sungguh! Janji ALlah itu benar. Bahwa ketika niat kita lurus, maka Allah akan membuktikan janjiNya. Ah, akhirnya kita harus sepakat. Bahwa sedekah, jika dilakukan dengan ikhlas, hanya akan menghasilkan keberkahan bagi pelaku dan penerimanya. Semoga Allah terima setiap sedekah kita. KarenaNya semata, bukan lantaran janji pelipatgandaan yang kadang tertunda pelaksanaannya. Karena prinsipnya, berbagi itu indah dan menyemangati.
Maha benar Allah dengan firmanNya, “Tidak ada balasan bagi kebaikan kecuali kebaikan serupa.” ( 55:60)