7 Rahasia Pengundang Pertolongan Allah

Bersama Dakwah

Bersama Dakwah

Judul                           : 7 Rahasia Pengundang Pertolongan Allah

Penulis                         : Fadlan Al-Ikhwani

Penerbit                       : ProYou – Yogyakarta

Tebal                           : 184 Halaman ; 14×20 cm

Cetakan                       : I, 2012

ISBN                           : 978-602-8940-14-6

Manusia adalah makhluk yang lemah. Allah Mahakuat dan Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan bagi seorang manusia kecuali karena Allah berkehendak. Sebab lemahnya itu, maka manusia teramat berhajat akan pertolongan dari Allah Yang Maha Menolong. Pertolongan Allah kepada seorang hamba adalah pangkal kemudahan dan kesuksesan. Sebaliknya, ketiadaan pertolongan Allah adalah pangkal musibah dan keterjerumusan.

Allah Maha Menolong. Pertolongan-Nya bisa dipanggil dan diundang dengan cara atau amal yang telah ditentukan-Nya. Sebab Dia Maha Mengurusi seluruh makhluk-Nya. Dia memenuhi seluruh kebutuhan hamba-Nya.

Sedikitnya, ada tujuh amalan yang bisa mengundang Pertolongan Allah. Tujuh amalan ini telah digaransi oleh al-Qur’an dan dibuktikan kemujarabannya oleh para Nabi dan Rasul panutan umat ini. Semuanya bisa dipraktekan sehingga pertolongan itu benar-benar mewujud dalam kehidupan seorang hamba.

Zikir dan doa adalah amalan pertama yang bisa mengundang Pertolongan-Nya. Keduanya bisa berasal dari al-Qur’an maupun sunnah Rasul-Nya. Zikir adalah sarana untuk mengingat Allah. Dengannya, Allah akan mengingat hamba yang berzikir itu. Kemudian namanya disebut-sebut dalam majlis malaikat di sisi-Nya. Doa merupakan senjata utama orang mukmin, pencegah datangnya musibah, mengubah takdir buruk, menenangkan hati, mengunduh pahala dan aneka keutamaan lainnya.

Amalan kedua adalah melazimkan istighfar. Sebagaimana difahami, istighfar merupakan sarana meminta ampun kepada Allah atas kesalahan dan dosa yang dilakukan seorang hamba. Siapa yang melazimkan istighfar, maka akan diberikan kepadanya rezeki yang melimpah ruah-tiada habisnya. Amalan ini merupakan solusi atas setiap masalah yang ada. Melazimkan istighfar juga bisa membuat seseorang terhidar dari dosa lisan. Melazimkan berarti menghiasi diri dengannya sepanjang waktu. Di pagi, siang, sore, malam dan sepanjang hari. Ketika berbaring, duduk, berdiri, berjalan dan di setiap aktivitas.

Selanjutnya adalah sabar dan shalat. Dua hal ini telah digaransi langsung oleh Allah melalui firman-Nya dalam surah al-Baqarah. Siapa yang sabar, maka Allah bersamanya. Siapa yang mendirikan shalat, maka dia membersihkan dirinya dari dosa. Dia juga menghubungkan dirinya yang lemah kepada Allah Yang Mahakuat. Shalat adalah mi’rojnya orang beriman.

Kedua amalan ini berat dilakukan, kecuali bagi orang yang khusyu’. Yakni orang yang yakin akan pertemuan dengan Rabbnya dan meyakini bahwa dia akan kembali kepada-Nya.

Amalan keempat yang bisa mengundang pertolongan Allah adalah dengan menolong agama-Nya. Siapa yang menolong agama-Nya, maka Dia akan menolong dan meneguhkan pijakannya. Amalan ini erat kaitannya dengan berjuang di segala lini. Khususnya jihad fi sabilillah. Siapa yang berjuang kemudian mati dalam keadaan syahid, maka surga menjadi jaminan baginya.

Selain amalan-amalan langit itu, pertolongan Allah juga bisa diundang dengan cara peduli kepada sesama. Baik kepada keluarga, sahabat, masyarakat, kaum miskin yang membutuhkan atau yang memang memiliki hak atas diri seorang hamba.

Mereka yang peduli kepada sesama akan mendapat pahala ganda di dunia dan akhirat. Di dunia berupa kemudahan hidup, mendapat pertolongan balasan dari sesama, dan dimuliakan oleh sesama sebab akhlak dan kemanfaatannya. Sedangkan di akhirat, setiap amalnya akan diganjari dengan pahala terbaik.

Dua amalan terakhir yang bisa mengundang pertolongan Allah adalah memelihara takwa dan tawakkal kepada Allah. Takwa bisa menjadi sebab diberikannya jalan keluar dari Allah atas setiap persoalan. Sedangkan tawakkal membuat seseorang dicukupi kebutuhannya oleh Allah Sang Mahakuasa.

Di dalam buku ini, ketujuh rahasia mengundang pertolongan Allah dikupas tuntas dengan dalil yang kuat dari al-Qur’an, disempurnakan dengan apa yang ada dalam sunnah Nabi. Di akhir buku juga disebutkan tentang bukti pertolongan Allah melalui kisah. Dilanjutkan dengan sepuluh cara yang bisa ditempuh untuk mempercepat datangnya pertolongan Allah. Selamat membaca dan mengundang Pertolongan-Nya.

Dimuat di: Bersama Dakwah

Writerpreneur

Dok. Bambang Trim (FB)

Dok. Bambang Trim (FB)

Judul                           : 5W+1H Writerpreneur: Cerdas dan Cergas Berbisnis Tulisan

Penulis                         : Bambang Trim

Penerbit                       : Trim Komunikata – Cimahi

Tebal                           : 126 Hal

Cetakan                       : I, Februari 2014

ISBN                           : 978-602-14371-6-2

Di negeri ini, profesi Penulis masih dipandang sebelah mata. Bahkan, banyak kalangan yang mengecilkan potensi profesi ini. Padahal, andai mau melihat lebih jernih berdasarkan fakta yang ada, amat banyak penulis (dalam maupun luar negeri) yang berhasil meraih kehidupan mapan dari profesi ini.

Tanyalah kepada Habiburrahman el-Shirazy, berapa total pemasukan yang dikantonginya dari Ayat-ayat Cinta, serial Ketika Cinta Bertasbih dan buku-buku lainnya? Gabungkan dengan honor menjadi pembicara di berbagai tempat juga film dan sinetron yang diaptasi dari buku-bukunya ini.

Atau, coba gali dari sosok Andrea Hirata yang berhasil meledakkan tetralogi Laskar Pelangi di kancah perbukuan nasional dan internasional? Kemudian karyanya berlanjut menjadi layar lebar dan sempat menjadi film dengan penonton terbanyak di negeri ini.

Bincanglah pula dengan Salim A. Fillah yang selalu menelurkan karya cerdas-berkualitas tinggi. Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan sejak pertama kali diterbitkan masih hangat diperbincangkan sampai sekarang. Tahun 2012-an, ketika kami membeli buku ini, sudah tertera tulisan: cetakan ke 27.

Anggap saja, Salim mendapakan royalti 10% dari penulisan buku ini, atau sekitar Rp 3.000,- per buku (bisa lebih besar, bisa pula lebih kecil). Dalam sekali cetak, penerbit biasanya mencetak sebanyak 5000 eksemplar. Artinya, penulis mendapatan royalti sekitar Rp 15.000.000,- maka, pada cetakan ke 27, honor yang diterima sekitar Rp 405.000.000,-

Ini belum menghitung royalti buku Gue Never Die yang sudah tidak cetak lagi, Agar Bidadari Cemburu Padamu, Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim, Jalan Cinta Para Pejuang, Dalam Dekapan Ukhuwah, Bahagianya Merayakan Cinta yang dicetak dalam dua versi (hard cover dan soft cover), juga dalam bahasa Melayu (diterbitkan di Malaysia), Menyimak Kicau merajut Makna, dan Menikah memuliakan Sunnah. Royalti dua buku terakhir ini diinfaqkan untuk rakyat Palestina yang menjadi korban perang.

Buku terbaru penulis kelahiran Kota Gudeg ini, yang diberi tajuk Lapis-lapis Keberkahan, sudah dinanti dan diimpikan serta siap diserbu oleh pembaca setianya. Padahal, bukunya belum usai ditulis dan masih terus diolah oleh pihak penerbit.

Mungkin, ada di antara kita yang menyeletuk, “Mereka penulis hebat, karyanya best seller, wajar jika mendapatkan royalti luar biasa banyaknya. Sementara penulis lain, bernasib memilukan. Bahkan, ada yang honornya diembat oleh pihak penerbit.”

Sebab semua tulisan tak sertamerta menjadi best seller itulah, Bambang Trim berupaya menyajikan sebuah sudut pandang baru terkait dunia tulis-menulis ini. Sosok yang sudah malang melintang di dunia perbukuan naisonal ini membeberkan kiatnya secara blak-blakan.

Secara sederhana, buku ini menguak rahasia yang selama ini banyak disembunyikan oleh penulis-penulis keren lainnya. Bambang Trim, dengan lugas dan penuh percaya diri menceritakan bagaimana supaya seseorang bisa menjadi kaya dengan menulis. Dijelaskan dengan konsep 5W+1H menjadikan buku ini semakin layak untuk dinikmati dan diketahui bagaimana memulainya.

Secara sederhana, writerpreneur diartikan sebagai sebuah profesi yang bisa “menyulap” kertas seharga 30 ribu menjadi buku senilai 30 juta atau 3 Milyar rupiah (h. 21). Writerpreneur sendiri memiliki delapan model. Meliputi Ghost Wrriter, Literacy Agent, Publicist, Book Packager, Publishing Service, Self Publisher dan Publisher. (Bab 02)

Selain Bambang Trim, ada banyak nama yang bisa digolongkan ke dalam writerpreneur. Diantaranya adalah Aisyah Halimatussadiah pengelola KutuKutuBuku.com dan jasa self publishing di NulisBuku.com, Gol A. Gong pendiri Rumah Dunia, Jonru yang mengelola publishing service Dapur Buku, Sofie Beatrix pengelola Asa Media, Tasaro GK yang berbisnis tulisan melalui literary agent Antitesa dan juga mengelola PAUD berbasis literasi di Jatinangor, dan banyak lagi nama lainnya.

Siapa saja bisa menjadi writerpreneur. Sebab untuk menjalani profesi ini, seseorang tak harus memiliki modal yang banyak. Hanya butuh ide dan alat tullis untuk mencurahkannya. Asyiknya lagi, mereka bisa mengerjakan bisnis ini di mana saja dan kapan saja. Sehingga, tak perlu kantor dan waktu khusus untuk mengerjakannya.

Sebagaimana bisnis lainnya, seorang writerpreneur juga sangat perlu mengenal pasar yang harus dimasukinya. Sebab akan menjadi percuma kemampuan dan fasilitas yang memadai jika tak diiringi dengan kemampuan mengenal, mencari dan menciptakan pasarnya.

Pangsa pasar bisa dibagi menjadi dua garis besar; individu dan organisasi. Dari pasar individu ada 4 pasar yang bisa dibidik. Yakni para Profesional, Selebritas, Pejabat Publik dan Rohaniawan. Sedangkan dari pasar organisasi, seorang writerpreneur bisa memasuki pasar Lembaga Bisnis/Industru, Lembaga Pemerintahan dan Lembaga Pendidikan (h.73)

Masing-masing pasar diklasifikaskan menjadi tiga jenis usaha. Yakni penulisan yang meliputi penulisan bayangan dan pendampingan, penyuntingan yang meliputi penyuntingan ringan dan penyuntingan penuh, dan pemberian konsultasi meliputi pelatihan, penyusunan dan penyeliaan. (h. 74)

Terakhir, yang diperlukan oleh seorang writerpreneur adalah bagaimana memulainya. Bagian ini merupakan bagian utama setelah empat konsep sebelumnya dikuasai dengan baik. Bahwa menulis merupakan ketrampilan langka yang tidak dimiliki oleh semua orang. Bahkan, ada banyak pemuka agama maupun akademisi dengan titel berjubel, ternyata tak piawai dalam menggoreskan kata dalam tulisan.

Maka, yang terpenting dalam hal ini adalah seberapa besar dan gigihnya seorang penulis dalam belajar dan mengembangkan kemampuan menulisnya. Baik dengan belajar mandiri melalui banyak membaca, mengikuti pelatihan, belajar langsung kepada ahlinya, dan seterusnya.

Secara sederhana, bagaimana memulai menjadi writerpreneur disingkat dalam rumus C.E.P.A.T yang meliputi 5 bagian. Catat Ide, Eksplorasi dengan Data dan Fakta, Polakan tulisan dengan outline ‘”maya” atau outline tertulis dalam bentuk mind maps atau matriks, Abaikan Gangguan dan Tancap Gas sebelum usai dan tidak menyunting sambil menulis. (h. 111-112)

Setelah menyeksamai sajian dalam buku yang langsung saya beli dan ditandatangani oleh penulisnya ini, saya mendapat pencerahan bahwa Penulis bukanlah profesi recehan. Jika diseriusi, writerpreneur ini akan menjadi sebuah alternatif yang amat menjanjikan.

Dimuat di: Bersama Dakwah

Segenggam Iman Anak Kita

Segenggam Iman Anak KitaJudul                           : Segenggam Iman Anak Kita

Penulis                         : Mohammad Fauzil Adhim

Penerbit                       : Pro-U Media – Yogyakarta

Tebal                           : 288 Hal ; 14×20 cm

Cetakan                       : III, Desember 2013

ISBN                           : 978-602-7820-07-4

Anak adalah amanah dari Allah. Ia bisa juga berperan sebagai ujian. Banyak anak yang menjadi sebab kebahagiaan bagi orangtuanya, dunia dan akhirat. Pun, sebaliknya. Tidak sedikit anak yang justru menjadi sebab dijerumuskannya orangtua ke dalam sengsara dunia dan siksa neraka.

Maka anak, bukanlah variabel tetap. Baik dan tidaknya, tergantung pada bagaimana pendidikan yang diberikan oleh orangtua mereka. Inilah yang menjadi tafsir, mengapa Rasulullah bersabda bahwa semua anak terlahir dalam keadaan suci. Orangtuanyalah yang membuat anak menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.

Anak juga menjadi satu dari tiga hal yang bermanfaat bagi seseorang selepas mati. Bahwa semua amal akan terputus bersamaan dengan datangnya kematian, kecuali amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan bapak-ibunya.

Mendoakan bapak-ibunya, hanya bisa dilakukan oleh anak shalih/ah. Maka dengan kata lain, jika menghendaki investasi amal yang akan terus bersambung meski jasad telah berkalang tanah, adalah mendidik anak yang diamanahkan agar menjadi pribadi shalih/ah.

Bukan hal yang mudah untuk mendidik anak. Pasalnya, banyak kita dapati kasus yang kadang tak masuk dalam logika. Tentu, semua hal itu bermaksud baik. Salah satunya, agar kita menyadari bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Adam as. adalah seorang nabi. Tapi anaknya, Qabil, adalah manusia pertama yang melakukan kejahatan pembunuhan. Bukan orang lain yang dibunuh, tapi saudara kandungnya sendiri. Selepas Adam as., ada juga Nuh as. Beliau adalah seorang Rasul. Shalih sudah pasti, dekat dengan Allah sudah menjadi jaminan. Beliau berdakwah siang dan malam dalam kurun usia 950 tahun. Meski begitu, anaknya yang diriwayatkan bernama Kan’an, menjadi pembangkang yang nyata. Hingga akhirnya tenggelam dalam banjir azab. Sebelumnya, Nuh as. sudah membujuk anaknya. Tapi sombongnya mendominasi hingga akhirnya mati dalam keadaan kafir.

Hal sebaliknya kita dapati pada pribadi Ibrahim as. Bapaknya, Azar, adalah seorang musyrik. Bukan hanya menyembah selain Allah, bapaknya itu adalah pembuat Tuhan. Luar biasa! Tuhan bisa dibuatnya. Dengan perantara orang kafir itu, terlahirlah Ibrahim as. yang kemudian melahirkan Ismail as, Ishaq as, dan banyak nabi lainnya hingga tersambung kepada Nabi Muhammad saw.

Ibrahim as. yang dikenal sebagai kholilullah adalah nenek moyang dari banyak Nabi. Beliau juga banyak dipuji oleh Allah. Ibadah Haji, Qurban, Khitan, adalah beberapa jenis ibadah yang dinisbahkan sebagai mengikuti sunnah Rasulullah yang mulanya dipraktekan oleh Nabi Ibrahim as.

Lantas, apa yang bisa kita simpulkan dari proses mendidik anak itu sendiri? Karena seorang ayah sama sekali tidak bisa menjamin iman bagi anaknya sekalipun. Begitupula sebaliknya.

Mohammad Fauzil Adhim, melalui bukunya ini, mengajak pembaca untuk merenung lebih mendalam tentang proses pendidikan kepad anak. Dengan bahasa khasnya yang mengalir dan sarat makna, beliau hendak menuturkan kepada kita tentang apa yang seharusnya dilakukan.

Di dalam buku yang cetak ulang dalam dua pekan ini, penulis menjelaskan bahwa dalam mendidik anak, yang pertama kali harus dilakukan adalah mencurahkan kasih-sayang. Perasaan inilah yang kelak akan menghasilkan kebaikan. Syaratnya, harus merujuk kepada firman Allah dan sunnah Rasulullah. Artinya, kasih-sayang di sini dipagari oleh keduanya.

Beliau juga menerangkan kepada pembaca tentang pentingnya mengambil hati anak. Baik dari sudut pandang Islam maupun ilmu Psikologi yang menjadi spesialis studi penulisnya. Tak ketinggalan, banyak kiat-kiat teknis yang bisa kita lakukan agar mewujudkan apa yang kita hajatkan berupa anak yang shalih/ah.

Buku ini juga menyadarkan kepada kita. Bahwa cerdas, terampil, dan aneka skill kognitif lainnya, tidaklah cukup bagi anak-anak kita. Mereka memerlukan moral yang baik dalam berinteraksi dengan diri dan sesamanya, juga tentang akidah. Agar kelak, anak-anak kita menjadi penyembah-Nya semata dan tidak menduakan-Nya dengan apapun selain-Nya.

 

Dimuat di: Bersama Dakwah

Dalam Dekapan Bulan Penuh Cinta

DDR

Judul : Dalam Dekapan Ramadhan
Penulis : Saief Alemdar
Penerbit : Elex Media Komputindo – Jakarta
Cetakan : I ; Juni 2013
Tebal : 161 Halaman
ISBN : 978-602-02-1477-1

Satu diantara banyaknya tanda Sayangnya Allah kepada hambaNya adalah diturunkannya bulan Ramadhan untuk umat Muhammad. Bulan ke Sembilan dalam kalender hijriyah ini, dalam sebuah hadits riwayat Thabrani, disebut sebagai bulan terbaik. Sebagaimana Jum’at sebagai hari terbaik diantara hari yang lain.

Tentu, kemulian ini bukan bermaksud mendiskreditkan bulan lain. Melainkan sebuah penekanan agar aktivitas sepanjang detik di bulan itu, harus selalu diisi dengan amal-amal kebaikan yang disunnahkan. Dengan kuantitas sebanyak mungkin, dengan kualitas terbaik.

Sayangnya, meskipun banyak riwayat dan ayat yang menjelaskan tentang mulianya bulan ini, banyak diantara kaum muslimin yang salah faham. Bahkan, ada diantara mereka yang tidak mau memahami dengan seksama karakter bulan ini.

Banyak diantara kaum muslimin yang hanya menyambut Ramadhan dengan timbunan makanan enak untuk berbuka dan sahur, hiburan penuh canda tawa tak bermakna, jalan-jalan di pusat-pusat perbelanjaan ataupun pusat keramaian, sampai ‘nongkrong’ berjam-jam menunggu adzan berkumandang, tanpa aktivitas bermakna. Jangankan untuk akhirat, bermanfaat dalam kehidupanpun tidak.

Ketika Ramadhan hamper usai, kaum muslimin kembali disibukkan dengan tunjangan hari raya, belanja pakaian baru dan membuat aneka macam kue dan jenis makanan. Alhasil, sajian ruhani paling bergizi dalam setahun itu hanya dimaknai secara fisik. Tanpa ruh. Tanpa makna.

Untuk menggapai keberkahan Ramadhan yang tinggal separuh ini, perlu kita tinjau ulang niat kita. Yang harus dilakukan pertama kali adalah bertanya pada diri. Apakah Ramadhan adalah tuan rumah atau tamu agung yang kita nanti kedatangannya?

Jika Ramadhan adalah tuan rumah, maka sebagai tamu yang baik, kita haruslah mengikuti aturan main yang diberikan oleh tuan rumah. Tidak boleh asal. Apalagi melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak disukai oleh tuan rumah tempat kita bertamu. Sementara ketika kita menganggap Ramadhan sebagai tamu, sudah selayaknya kita menyambut tamu dengan standar kemuliaan tamu tersebut. Sebagaimana ketika ada Presiden yang hendak mampir ke rumah kita, maka kita korbankan semua yang potensi dan harta untuk menyambut kedatangan sang Presiden. Maka sejatinya, mempersiapkan sambutan terbaik, lebih layak kita berikan kepada Ramadhan dibanding kepada Presiden negeri manapun yang bertamu ke rumah kita. (Hal 12)

Setelah memahami posisi bulan kemualiaan itu, yang tak kalah pentingnya adalah memahami teks al-Qur’an, hadits dan atsar para sahabat nabi tentang Bulan Suci ini. Al-Qur’an menyebutkan bahwa puasa di bulan mulia ini bermaksud untuk mendidik kaum muslimin menjadi orang yang bertaqwa, orang yang bersyukur dan orang yang senantiasa berada dalam kebaikan.

Dalam hadits disebutkan bahwa Ramadhan adalah bulan terbaik. Jika umat islam tahu betapa agungnya bulan ini, maka mereka akan berharap agar sepanjang tahun adalah Ramadhan. Pada bulan itu, pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup. Puasa dan sholat malam di dalamnya, jika dilakukan dengan iman dan ihtisaban, akan menjadi sarana penghapus dosa. Dan yang paling utama, pada bulan itu terdapat Lailatul Qadr. Yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan. (Hal 15-16)

Ramadhan adalah bulan cetakan sejarah. Banyak peristiwa monumental yang dicapai oleh kaum muslimin justru ketika mereka tengah berada dalam lapar dan haus. Mulai dari Perang Badar, Fathu Makkah, Penghancuran berhala di ka’bah oleh Khalid bin walid, Perang Qadisia melawan Romawi, Perang Zallaqa melawan Eropa, dan aneka jenis peperangan lain yang hampir semuanya dimenangkan kaum Muslimin. Termasuk Perang Arab melawan Zionis pada tahun 1393 Hijriyah yang berakhir dengan perjanjian Camp David.

Perang bukanlah produk Islam. Ia hanya sebuah mekanisme pembelaan terhadap diri dan agama. Sehingga suka maupun tidak, hal tersebut haruslah dilakukan. Karena dalam hal tersebut, ada banyak kebaikan yang hendak Allah berikan.

Maka, ketika tidak terjadi peperangan fisik, kaum muslimin harus tetap berperang melawan nafsu jahat yang ada dalam diri. Di sinilah bermulanya semuanya keajaiban-keajaiban yang Allah berikan kepada kaum muslimin. Bahwa kemenangan terhadap musuh, hanya bisa diperoleh ketika kaum muslimin berhasil mengalahkan nafsu yang bersemayam dalam dirinya.

Penundukan hawa nafsu inilah yang harusnya berujung pada perubahan kaum muslimin menjadi umat terbaik. Karena perubahan yang Allah gariskan, tidak akan terjadi selama kaum tersebut tidak merubah dirinya. Bulan Puasa seharusnya membuat kita lebih semangat berkarya dan membuat perubahan dalam hidup. Karena apapun yang dilakukan oleh orang yang berpuasa akan menjadi ibadah. Bahkan, tidur sekalipun termasuk ibadah. Meskipun lebih baik tidak hanya tidur saat berpuasa. (Hal 23)

Akhirnya, buku yang ditulis oleh lajang asal Tanah Rencong ini mengajak kita untuk menapaki Ramadhan dengan beragam amal shalih –Tilawah al-Qur’an, sedekah, dzikir, menjaga lisan, Qiyamullail, dst. Diawali dengan renungan-renungan dahsyat tentang Ramadhan, buku ini semakin menarik karena dilengkapi dengan fikih puasa yang wajib kita ketahui. Di dalamnya juga dibahas beragam pertanyaan yang sering terulang di bulan suci ini.

Yang tak kalah menarik, pada akhir buku disajikan peran zakat dalam memakmurkan sebuah komunitas maupun bangsa. Mulai dari zakat harta sampai zakat fitrah. Lebih khusus, zakat fitrah adalah ‘ramuan’ mujarab yang Allah perintahkan untuk menyempurnakan puasa yang kita kerjakan sebulan penuh.

Penulis yang tengah menimba ilmu di Damaskus ini seakan mengajak kita agar berada dalam dekap mesra Ramadhan. Beliau menuturkan halus dengan bahasa hikmah, “Ramadhan adalah bulan pengisian bahan bakar ruhani agar kita bisa melaju kencang dengan selamat menuju Allah dalam sebelas bulan setelahnya. Hingga kita bertemu Ramadhan di tahun beirkutnya. Atau kita mati selepas Ramadhan yang kita optimalkan di tahun ini.”

Dimuat di  Bersama Dakwah

Selamat Hari Raya Jum’at

novimadiun.blogspot.com

novimadiun.blogspot.com

Jum’at itu maknanya berkumpul. Dalam salah satu literatur yang pernah saya lahap, hari jum’at merupakan hari diciptakannya manusia. Dan manusia, terdiri dari banyak sel, organ, sistem organ, dan seterusnya.

Berkumpul pada hari Jum’at ada kaitannya pula dengan berkumpulnya umat islam yang mukim, laki-laki, mampu, mukallaf untuk melaksanakan shalat Jum’at berjama’ah di masjid terdekat. Dalam pembahasan yang lebih lanjut, upayakan agar pada hari itu bukan hanya berkumpul secara fisik. Melainkan rasakanlah bahwa pada hari itu, ruh orang-orang beriman juga berkumpul dalam satu kalimat : taqwa kepada Allah.

Selain berkumpulnya fisik dan ruh orang beriman, pada hari itu berkumpul pula amalan-amalan sunnah. Ada perintah untuk perbanyak istighfar, tasbih, sholawat, dan dzikrullah lainnya. Bahkan, sangat dianjurkan untuk membaca surah al-Kahfi. Dimana surah teersebut mempunyai jutaan ibrah dan jaminan pembebasan dari fitnah Dajjal.

Jika misalnya saja kita mendawamkan istighfar pada sepanjang Jum’at itu, maka insya Allah ampunan, rahmat dan berkahNya akan kita unduh. Jika misalnya tasbih yang kita utamakan, maka kita telah diganjar dengan banyaknya tanaman surga sejumlah tasbih yang kita dzikirkan. Dan jika kita memilih bersholawat saja, maka Allah akan membalas sholawat kita sepuluh kali lipat dibanding sholawat yang kita haturkan untuk Sang Nabi Teladan.

Dan mereka yang memprioritaskan al-Kahfi pada hari itu, kelak akan disirami dengan cahaya sampai jum’at berikutnya. Dalam sebuah hadits juga disebutkan, bahwa Jum’at yang satu menuju Jum’at yang lain adalah ampunan selama dalam kurun waktu dua Jum’at tersebut tidak dilakukan dosa besar.

Sehingga merugilah mereka yang melalui Jum’at tanpa amalan sunnah unggulan apapun.

Mari niatkan untuk melalui Jum’at dan hari lain dengan amal sholih yang disunnahkan dan diniatkan hanya UntukNya. Sehingga kita masuk dalam golongan-golongan yang disebut  dalam akhir surah al-Kahfi. Yaitu golongan yang akan menemui Allah dengan perbanyak amal sholih dan tidak menduakan Dia dengan selainNya.

Selamat berhari raya Jum’at.

Hikmah Silaturahim

sil2

 

Sabtu kemarin bertemu dengan salah satu Ustadz Keren. Di Masjid. Akhirnya beliau memberi saya tumpangan. Naik motor. Di tengah jalan, beliau minta gantian. Saya pun memboncengkan beliau. Biasanya, beliau memberi tumpangan ke saya di Toyota Avanza Hitamnya. Kamipun menuju Pesantren beliau. Di tengah jalan, beliau minta berhenti di Warung Es Kelapa Muda. Di sepanjang perjalanan, beliau bercerita banyak hal tentang dakwah, kehidupan dan aneka hikmah lainnya.

Sesampainya di Pesantren, saya ‘diparkirkan’ di ruangan beliau. Suguhannya Es Kelapa Muda rasa Sirsak, bercampur dengan kehangatan ukhuwah yang mencerahkan. Tak lama saya di sana. Karena beliau sibuk. Dan sudah dijadwalkan akan menerima banyak tamu di hari itu.

Ketika hendak pulang, beliau memberikan Sorban Merah Putih kepada saya. Buatan India. Beliau juga menyisipkan selembar warna merah. Kata beliau, “Untuk hadiah, dan ongkos pulang.” Padahal, ongkos pulang cuma dua ribu lima ratus. Tapi beliau berikan ke saya seratus ribu. Alhamdulillah ‘alaa kulli ni’matin wa haalin.

Selepas Isya’ tadi, giliran bertamu ke rumah Ustadz Keren lainnya. Dokter. Ganteng. Sesampainya di rumah, beliau sambut saya dengan hangat. Padahal, baru dua kali ketemu. Saya juga bukan siapa-siapa. Beliau Dokter Spesialis. Keren, kan? Karena beliau sedang buka praktek, saya tak berlama-lama. Satu eksemplar majalahpun saya berikan kepada beliau. Hadiah ceritanya. Pas mau balik, beliau memberikan sebuah buku untuk saya. Buku lama, tapi temanya mantab. Judulnya, “Bisnis Satu Cabang Jihad.” Terbitan Pustaka Al Kautsar tahun 2003.

Ini adalah bukti, bahwa silaturahim, disamping dijanjikan berjuta pahala dan hikmah, ia adalah amal sholih yang bisa memperbanyak rejeki, menolak penyakit dan memanjangkan umur.

Mari budayakan silaturahim …

Kunci Terbukanya Rejeki

556940_194530214004540_835678254_n

Rejeki itu misteri yang terjamin. Dijamin ketika kita masih hidup di dunia ini. Dan habis jaminan setelah kita mati. Meskipun rejeki tetap berlanjut selepas ajal. Berupa nikmat atau siksa. Tapi selepas ajal, lebih kepada akibat. Bukan pemberian murni.

Misteri rejeki, sama misterinya dengan jodoh dan mati. Jika dalam jodoh kita tidak tahu kapan akan menikah dan berpisah dengan pasangan karena cerai ataupun salah satunya mati terlebih dahulu, maka terkait rejeki kita tidak pernah tahu kapan rejeki itu Allah berikan, melalui apa dan berapa jumlahnya. Jika dalam membahas mati kita tidak tahu bagaimana kita kelak menjemput ajal, begitupun dalam rejeki : kita tidak pernah tahu dari arah mana dan bagaimana rejeki itu ‘diantarkan’ kepada kita.

Oleh karena misterinya itu, satu hal yang pasti : Usaha. Menjemput rejeki, melayakkan diri terkait jodoh, dan menyiapkan bekal jika tiba-tiba Izrail bertamu. Jika satu hal ini luput kita upayakan dengan sungguh-sungguh, maka kelak kita akan menyesal.

Menyesal karena jatah rejeki kita disambar ‘ayam’, misalnya. Mesnyesal ketika jodoh tak kunjung bersanding karena tak kunjung melayakkan diri. Atau menyesal lantaran maut menjelang sementara bekal masih ngepas.

Sedikit cerita tentang rejeki dalam bentuk materi. Sebelumnya perlu kita sepakati bahwa rejeki bermakna sangat luas, berupa semua yang Allah berikan kepada kita. Kita sering menyebutnya dengan karunia. Maka sejatinya, bisanya kita bernafas, bergerak, beribadah dan seterusnya adalah bagian dari rejeki yang tidak terbilang. Maka dalam Qur’an dikatakan, “Jika kamu menghitung nikmat Allah, maka kamu tak akan bisa menghitungnya.” Ayat ini, disebut dua kali dalam Qur’an dengan redaksi yang sama persis.

Nah, terkait rejeki ini, masih berhubungan dengan usaha sebagaimana kita bahas di atas, maka dimensi usaha ada dua jenis : ikhtiar dan doa.

Ikhtiar ini mutlak. Jika ikhtiar kita ala kadarnya, rejekipun ala kadarnya. Jangan pula berharap 2 milyar jika nilai ikhtiar kita hanya 200 ribu ruppiah, misalnya.

Ikhtiar ini, bisa dikatrol dengan doa. Doa ini semacam jalan tol. Jalannya bisa beragam : tahajud, dhuha, dzikir, tilawah, dst. Makanya, dalam Qur’an disebut pula, “Wafissama’i rizqukum, wa maa tuu’aduun.” “Dan di langitlah rezeki-rezekimu dan apa yang telah dijanjikan kepadamu.”

Ayat inilah yang membuat seorang maling bertobat lantaran penghuni rumah yang dijadikan target maling sedang tahajud dan membaca ayat ini. Maka maling yang pandai berbahasa arab itu bertanya bingung, “Nah! Rezeki itu adanya di langit. Lalu mengapa saya mencarinya (dengan mencuri) di bumi?”

Maling yang penasaranpun menunggui Tuan Rumah selesai tahajud. Kemudian bertanya tentang maksud ayat tersebut. Singkatnya, yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah, “Sebab-sebab dicurahkannya rejeki itu adanya di langit. Meskipun kalian harus tetap mencarinya di bumi.”

Dalam ayat lain juga dijelaskan, surah Thoha. Surah ke-20. Disebutkan, “Wa’mur Ahlaka Bish-sholati wasthobir Alaiha. Nahnu Narzuquk.” Secara bebas, ayat itu bermakna, “Perintahkan keluargamu untuk menjalankan sholat. Kamilah yang akan memberikan rezeki padamu.”

Jadi, perintahkan keluarga untuk sholat, maka rejeki akan tercurah.

Nah, doa inilah yang kelak bisa membuat ikhtiar kita menemukan pintunya. Sehingga rejeki yang diimpikan segera terwujud.

Yang parah, ketika ikhtiar minim, doa dan ibadah juga minim. Masih untung jika golongan ini tetap bermimpi untuk dianugerahi banyak rejeki. Jika kemudian mereka tak mempunyai mimpi, maka celakalah mereka dan kita berlindung dari golongan ini.

Dan yang terakhir, jalani bisnis. Apapun, sekecil apapun, asal halal dan baik. Karena bisnis inilah yang akan membuat rejeki mengalir deras. Bahkan sangat deras.

Dan yang terpenting, yakin akan Kekuasaan Allah, karena itulah pangkal dari segalanya.

Sedikit menguatkan, ada cerita. Kemarin Saya libur. Saya hanya berkutat dengan pekerjaan bujangan : masak sendiri, cuci baju sendiri, dll. 😛 . Diselingi dengan ibadah sampai teler dan baca buku sampai ketiduran. Nah, tak disangka-sangka, menjelang maghrib ada rejeki nomplok, jumlahnya lebih besar 3 kali lipat dari gajian harian kerja saya.

Atas semua itu, Alhamdulillah nampaknya tidak cukup. Sehingga harus terus ditambah dan ditambah rasa syukur itu dengan ketaatan. Dan karena cerita tersebut, dimana kejadiannya sudah terjadi berulangkali, maka lahirlah tulisan sederhana ini. Semoga bermanfaat untuk para pemirsa sekalian.

Semangat senin, semoga puasa dan semua ibadahnya barokah.

Jadwal Puasa Sunnah Bulan Rojab

fandimin.blogspot.com

fandimin.blogspot.com

Tanggal 3,6,10,13,17,20,24,27 Rojab = Sunnah Senin – Kamis. Haditsnya jelas, manfaatnya lebih jelas.

Tanggal 13,14,15 Rojab = Sunnah Ayyamul Bidh. Hadits dan manfaatnya sangat jelas.

Jika mampu, bisa selang seling di tanggal genap, 2,4,6,8,10, dst atau di tanggal ganjil 1,3,5,7,9, dst = Sunnah Daud.

Ketiga jenis sunnah puasa ini, insya Allah lebih selamat dan lebih mempunyai jaminan keshohihan dibanding dengan ajaran-ajaran yang belum jelas, bahkan terbukti lemah ataupun palsu.

Jadi, beragama memang harus cerdas.

Sayangnya, ada sebagian kita yang sibuk menanyakan ‘puasa khusus’ dengan ‘imbalan khusus’ yang tidak jelas, padahal ketiga jenis puasa di atas, lebih layak untuk diperjuangkan ketercapaiannya.

Cerdas adalah berpuas diri dengan apa yang diajarkan nabi dan berbuat sekuat mampu untuk menjalankannya.

minimal, senin-kamis sepakan = dua hari.
bisa juga ayyamul bidh = 3 hari.
Bisa juga dipadu senin kamis empat pekan dan ayamul bidh = (2×4)+3 = 11 hari.

Jika kurang puas, bisa daud selama 14atau15 hari.

Selamat berpuasa. Biasanya, yang sibuk bertanya adalah mereka yang sibuk beralasan untuk tidak berpuasa,

Pentingnya Kedekatan dengan Allah dalam Berbisnis

novimadiun.blogspot.com

novimadiun.blogspot.com

Dalam menjalankan sebuah bisnis, sekecil apapun -pun ketika kita baru merintisnya. Maka satu hal yang harus kita miliki setelah ilmu berbisnis itu sendiri adalah kedekatan dengan Allah.

Mengapa harus dekat dengan Allah? Karena kita adalah muslim yang mukmin. Sehingga dekatnya kita dengan Allah merupakan sebentuk ibadah batin yang harus disertakan sebagai apapun kita di dunia ini. Hal ini tentulah tidak berlaku bagi orang kafir. Karena bagi mereka, dunia adalah segalanya. Sedangkan bagi mukmin, dunia hanyalah tempat berbekal. Sedangkan tempat abadinya adalah akhirat.

Lantas, apa pentingnya kedekatan dengan Allah terkait bisnis yang kita jalani? Atau bisnis yang baru kita rintis? Atau bisnis yang baru kita niatkan?

Setidaknya ada dua alasan utama.

Pertama, kedekatan dengan Allah itulah yang akan membuat bisnis kita berkah. Orang-orang sering menyebutnya dengan sukses. Tentu, hal ini erat kaitannya dengan kebermanfaatan. Baik untuk pelaku bisnis, keluarga juga umat di sekitar pebisnis. Sehingga, kedekatan dengan Allah ini seperti jalan tol tanpa macet yang membuat bisnis kita berjalan lancar tanpa hambatan yang berarti.

Sayangnya, alasan pertama ini tidak berlaku dalam setiap kondisi, tidak dirasakan oleh semua orang. Adakalanya, mereka yang dekat dengan Allah sekalipun, akan mengalami kegagalan dalam bisnisnya. Ingat, kegagalan yang dimaksud adalah gagal dalam kaca mata manusia lainnya, bukan dalam Pandangan Allah Subhanahu Wa Ta’alaa.

Maka, jika ini yang terjadi, alasan kedua adalah jawaban kenapa kita harus dekat dengan Allah ketika berbisnis.

Karena, kedekatan dengan Allah akan membuat pebisnis selalu optimis, rajin melakukan muhasabah dan inovasi terhadap langkah-langkah yang telah ia lakukan.

Kedekatan dengan Allah ini pula yang bisa mencegah dari keterpurukan ketika bisnis yang ia jalani stagnan ataupun mengalami penurunan hingga bangkrut. Ketika ini terjadi pada pebisnis muslim yang mukmin, maka yang terjadi hanyalah sabar. Bahwa Allah, tidaklah mungkin menyia-nyiakan apa yang telah dilakukan. Bahwa Allah, tidak hanya menilai hasil, melainkan juga proses.

Jika hal kedua yang terjadi, maka mencontoh Nabiyullah Ayyub ‘Alaihis Salam adalah jalan terbaik yang tidak bisa ditawar. Sabar tanpa batas. Sabar adanya di awal dan pahit rasanya. Tapi ingat, sabar tak bertepi, hanya akan melahirkan kemanisan, senyum keberhasilan di akhir cerita.

Akhirnya, selamat mendekatkan diri kepada Allah, apapun bisnis yang kita jalankan. Dan, sebaik-baik bisnis adalah ketika kita menjual diri kepada Allah dan Allah menukar kita dengan SurgaNya. Subhanallahi wal Hamdulillahi wa Laa Ilaaha Illallahu Wallahu Akbar Walillahil Hamd.

BRB Bonus

Selamat Bergembira

wahyoe84.blogspot.com

wahyoe84.blogspot.com

Percayalah. Istiqomah adalah satu kata yang akan menghasilkan mustajabah. Istiqomah bukan sepekan atau sebulan. Melainkan kerja keras bertahun-tahun. Pun, hingga ajal menjepmput. Tentu, itu hal yang sukar. Tapi sukar, bukan bermakna tidak mungkin.

Maka, komponen utama untuk istiqomah adalah kesungguhan. Seberapa dosis kesungguhan kita, itulah yang akan menopang keistiqomahan kita. Tentu, sungguh-sungguh yang benar. Bukan sunguh-sungguh dalam ketidak tahuan yang dituruti.

Tepat sebulan yang lalu, saya menulis, “Sampai ketemu di Ayyamul Bidh bulan depan.” Dan alhamdulillah, karena nikmat Allah, kita bersua kembali dengan Ayyamul Bidh di bulan ini, Jumadil Akhir. Tepat 2.5 bulan lagi, insya Allah kita akan menyambut Ramadhan Mubarok. Maka, Sunnah Ayyamul Bidh hanya tersisa dua kesempatan sebelum bulan mulia itu. Ia, insya Allah akan kita jumpai lagi. Hanya dua bulan : Rojab dan Sya’ban.

Bagi sahabat sekalian yang hari ini menjalankan sunnah Ayyamul Bidh hari ketiga, dengan syahdu kuucap lirih dalam doa, “Selamat. Semoga Allah terima amal kita. Semoga Allah istiqomahkan kita hingga ajal menjemput. Aamiin”

Bagi yang ‘terpaksa’ tertinggal dalam perlombaan ini. Doa kami masih sama, “Semoga Allah beri kekuatan kepada kita semua dalam taqwa. Aamiin.”

Cukuplah ini sebagai pengingat diri. Agar ia tetap bergairah. Agar ia kembali bangkit ketika tengah berada dalam keterpurukan.

Mungkin, kita perlu mengingat. Bahwa amal unggulan yang sebulan hanya tiga hari ini, bisa menjadi sarana untuk terhapusnya dosa dan kesalahan kita. Amal ini pulalah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Al Fatih sehingga ia terpilih menjadi Panglima Pembebas Palestina pada masanya.

Selamat bergembira. Selamat menyambut kemenangan pertama sebelum kemenangan kedua yang telah dijanjikanNya.

Karena bahagia bukan terletak pada apa yang kita makan. Melainkan bagaimana kita mensyukuri apa yang Alllah berikan.