Kunci Terbukanya Rejeki

556940_194530214004540_835678254_n

Rejeki itu misteri yang terjamin. Dijamin ketika kita masih hidup di dunia ini. Dan habis jaminan setelah kita mati. Meskipun rejeki tetap berlanjut selepas ajal. Berupa nikmat atau siksa. Tapi selepas ajal, lebih kepada akibat. Bukan pemberian murni.

Misteri rejeki, sama misterinya dengan jodoh dan mati. Jika dalam jodoh kita tidak tahu kapan akan menikah dan berpisah dengan pasangan karena cerai ataupun salah satunya mati terlebih dahulu, maka terkait rejeki kita tidak pernah tahu kapan rejeki itu Allah berikan, melalui apa dan berapa jumlahnya. Jika dalam membahas mati kita tidak tahu bagaimana kita kelak menjemput ajal, begitupun dalam rejeki : kita tidak pernah tahu dari arah mana dan bagaimana rejeki itu ‘diantarkan’ kepada kita.

Oleh karena misterinya itu, satu hal yang pasti : Usaha. Menjemput rejeki, melayakkan diri terkait jodoh, dan menyiapkan bekal jika tiba-tiba Izrail bertamu. Jika satu hal ini luput kita upayakan dengan sungguh-sungguh, maka kelak kita akan menyesal.

Menyesal karena jatah rejeki kita disambar ‘ayam’, misalnya. Mesnyesal ketika jodoh tak kunjung bersanding karena tak kunjung melayakkan diri. Atau menyesal lantaran maut menjelang sementara bekal masih ngepas.

Sedikit cerita tentang rejeki dalam bentuk materi. Sebelumnya perlu kita sepakati bahwa rejeki bermakna sangat luas, berupa semua yang Allah berikan kepada kita. Kita sering menyebutnya dengan karunia. Maka sejatinya, bisanya kita bernafas, bergerak, beribadah dan seterusnya adalah bagian dari rejeki yang tidak terbilang. Maka dalam Qur’an dikatakan, “Jika kamu menghitung nikmat Allah, maka kamu tak akan bisa menghitungnya.” Ayat ini, disebut dua kali dalam Qur’an dengan redaksi yang sama persis.

Nah, terkait rejeki ini, masih berhubungan dengan usaha sebagaimana kita bahas di atas, maka dimensi usaha ada dua jenis : ikhtiar dan doa.

Ikhtiar ini mutlak. Jika ikhtiar kita ala kadarnya, rejekipun ala kadarnya. Jangan pula berharap 2 milyar jika nilai ikhtiar kita hanya 200 ribu ruppiah, misalnya.

Ikhtiar ini, bisa dikatrol dengan doa. Doa ini semacam jalan tol. Jalannya bisa beragam : tahajud, dhuha, dzikir, tilawah, dst. Makanya, dalam Qur’an disebut pula, “Wafissama’i rizqukum, wa maa tuu’aduun.” “Dan di langitlah rezeki-rezekimu dan apa yang telah dijanjikan kepadamu.”

Ayat inilah yang membuat seorang maling bertobat lantaran penghuni rumah yang dijadikan target maling sedang tahajud dan membaca ayat ini. Maka maling yang pandai berbahasa arab itu bertanya bingung, “Nah! Rezeki itu adanya di langit. Lalu mengapa saya mencarinya (dengan mencuri) di bumi?”

Maling yang penasaranpun menunggui Tuan Rumah selesai tahajud. Kemudian bertanya tentang maksud ayat tersebut. Singkatnya, yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah, “Sebab-sebab dicurahkannya rejeki itu adanya di langit. Meskipun kalian harus tetap mencarinya di bumi.”

Dalam ayat lain juga dijelaskan, surah Thoha. Surah ke-20. Disebutkan, “Wa’mur Ahlaka Bish-sholati wasthobir Alaiha. Nahnu Narzuquk.” Secara bebas, ayat itu bermakna, “Perintahkan keluargamu untuk menjalankan sholat. Kamilah yang akan memberikan rezeki padamu.”

Jadi, perintahkan keluarga untuk sholat, maka rejeki akan tercurah.

Nah, doa inilah yang kelak bisa membuat ikhtiar kita menemukan pintunya. Sehingga rejeki yang diimpikan segera terwujud.

Yang parah, ketika ikhtiar minim, doa dan ibadah juga minim. Masih untung jika golongan ini tetap bermimpi untuk dianugerahi banyak rejeki. Jika kemudian mereka tak mempunyai mimpi, maka celakalah mereka dan kita berlindung dari golongan ini.

Dan yang terakhir, jalani bisnis. Apapun, sekecil apapun, asal halal dan baik. Karena bisnis inilah yang akan membuat rejeki mengalir deras. Bahkan sangat deras.

Dan yang terpenting, yakin akan Kekuasaan Allah, karena itulah pangkal dari segalanya.

Sedikit menguatkan, ada cerita. Kemarin Saya libur. Saya hanya berkutat dengan pekerjaan bujangan : masak sendiri, cuci baju sendiri, dll. 😛 . Diselingi dengan ibadah sampai teler dan baca buku sampai ketiduran. Nah, tak disangka-sangka, menjelang maghrib ada rejeki nomplok, jumlahnya lebih besar 3 kali lipat dari gajian harian kerja saya.

Atas semua itu, Alhamdulillah nampaknya tidak cukup. Sehingga harus terus ditambah dan ditambah rasa syukur itu dengan ketaatan. Dan karena cerita tersebut, dimana kejadiannya sudah terjadi berulangkali, maka lahirlah tulisan sederhana ini. Semoga bermanfaat untuk para pemirsa sekalian.

Semangat senin, semoga puasa dan semua ibadahnya barokah.

Drama Terorisme ‘Urung’ Ditayangkan

486648_493811947296230_208560504_n

 

Para Pemirsa yang dirahmati Allah,

Ternyata Drama Terorisme urung dimainkan karena tidak seksi lagi. Pihak Sutradara dan Produser bersepakat untuk kembali memperagakan Drama Arogansi atas nama Pemberantasan Korupsi.

Apapun yang anda tonton, kami himbau agar tetap memperhatikan satu kata : konspirasi. Karena dibalik yang tersurat, pasti ada yang tersirat. Di balik tayang, pasti ada yang di balik layar. Sebagaimana fenomena gunung. Yang ditaman di dalam bumi, jauh lebih banyak dari bagian yang terlihat.

Maka, sekali lagi, Anda perlu satu kata : arif. Ariflah dalam membaca berita, ariflah dalam menyikapi berita. Jika yang anda lakukan adalah antonim dari arif, maka dampaknya sungguh sangat berbahaya : benar disalahkan, apalagi salah?

Arif juga membuat kita berjalan sesuai garis. Tidak reaktif, tidak juga fanatik buta. Karena kebenaran, pasti akan menang. Maka, yang menang bukanlah yang paling banyak membunuh, tapi siapa yang bisa lebih lama bertahan.

Itu nasehat ustadz. Nasehat beliau yang lain, “Jangan kehilangan cara untuk bahagia. Badai memang telah berlalu. Tapi di belakang sana, pasti ada badai yang mungkin lebih besar.”

Maka, tetaplah bertahan dan bersiap siagalah. Tetaplah ‘berpegangan’ ke langit, agar kita kokoh di bumiNya.

Sekian sekilas info. Selamat kembali beraktivitas. Selamat makan siang. Dan, kami ucapkan terima kasih karena berkenan membaca siaran ini. Semoga anda semua, tambah disayang Allah. Aamiin.

Salam Cinta, Semangat Bekerja, niscaya kita akan hidup dalam Harmoni.

Pentingnya Kedekatan dengan Allah dalam Berbisnis

novimadiun.blogspot.com

novimadiun.blogspot.com

Dalam menjalankan sebuah bisnis, sekecil apapun -pun ketika kita baru merintisnya. Maka satu hal yang harus kita miliki setelah ilmu berbisnis itu sendiri adalah kedekatan dengan Allah.

Mengapa harus dekat dengan Allah? Karena kita adalah muslim yang mukmin. Sehingga dekatnya kita dengan Allah merupakan sebentuk ibadah batin yang harus disertakan sebagai apapun kita di dunia ini. Hal ini tentulah tidak berlaku bagi orang kafir. Karena bagi mereka, dunia adalah segalanya. Sedangkan bagi mukmin, dunia hanyalah tempat berbekal. Sedangkan tempat abadinya adalah akhirat.

Lantas, apa pentingnya kedekatan dengan Allah terkait bisnis yang kita jalani? Atau bisnis yang baru kita rintis? Atau bisnis yang baru kita niatkan?

Setidaknya ada dua alasan utama.

Pertama, kedekatan dengan Allah itulah yang akan membuat bisnis kita berkah. Orang-orang sering menyebutnya dengan sukses. Tentu, hal ini erat kaitannya dengan kebermanfaatan. Baik untuk pelaku bisnis, keluarga juga umat di sekitar pebisnis. Sehingga, kedekatan dengan Allah ini seperti jalan tol tanpa macet yang membuat bisnis kita berjalan lancar tanpa hambatan yang berarti.

Sayangnya, alasan pertama ini tidak berlaku dalam setiap kondisi, tidak dirasakan oleh semua orang. Adakalanya, mereka yang dekat dengan Allah sekalipun, akan mengalami kegagalan dalam bisnisnya. Ingat, kegagalan yang dimaksud adalah gagal dalam kaca mata manusia lainnya, bukan dalam Pandangan Allah Subhanahu Wa Ta’alaa.

Maka, jika ini yang terjadi, alasan kedua adalah jawaban kenapa kita harus dekat dengan Allah ketika berbisnis.

Karena, kedekatan dengan Allah akan membuat pebisnis selalu optimis, rajin melakukan muhasabah dan inovasi terhadap langkah-langkah yang telah ia lakukan.

Kedekatan dengan Allah ini pula yang bisa mencegah dari keterpurukan ketika bisnis yang ia jalani stagnan ataupun mengalami penurunan hingga bangkrut. Ketika ini terjadi pada pebisnis muslim yang mukmin, maka yang terjadi hanyalah sabar. Bahwa Allah, tidaklah mungkin menyia-nyiakan apa yang telah dilakukan. Bahwa Allah, tidak hanya menilai hasil, melainkan juga proses.

Jika hal kedua yang terjadi, maka mencontoh Nabiyullah Ayyub ‘Alaihis Salam adalah jalan terbaik yang tidak bisa ditawar. Sabar tanpa batas. Sabar adanya di awal dan pahit rasanya. Tapi ingat, sabar tak bertepi, hanya akan melahirkan kemanisan, senyum keberhasilan di akhir cerita.

Akhirnya, selamat mendekatkan diri kepada Allah, apapun bisnis yang kita jalankan. Dan, sebaik-baik bisnis adalah ketika kita menjual diri kepada Allah dan Allah menukar kita dengan SurgaNya. Subhanallahi wal Hamdulillahi wa Laa Ilaaha Illallahu Wallahu Akbar Walillahil Hamd.

BRB Bonus

Jangan Pesimis!

muslimahzone.com

muslimahzone.com

Jangan sisakan sedikitpun ruang untuk pesimis, minder, di dalam hati dan pikiran kita. Karena dua hal itulah pangkal kegagalan seseorang.

Jika seketika rasa itu menyeruak, segeralah hilangkan dengan optimis dan semangat. Karena dua hal inilah yang kelak bisa merubah seorang biasa menjadi luar biasa.

Apalagi ketika kita masih punya Allah, kita bisa meminta kepadaNya untuk menghilangkan segala macam keburukan dalam diri dan menggantikannya dengan kebaikan yang tak bertepi.

Begitupun, ketika misalnya kita kesiangan atau tidak makan sahur lantaran kehabisan bahan makanan, kemudian muncul pesimisme puasa akan batal, atau pesimis untuk tidak bisa melanjutkan puasa, maka segeralah ambil wudhu, panjatkan doa pada Yang Maha Segala-galanya. Niscaya Dia akan menguatkan kita di luar dugaan kita terhadap diri sendiri.

Jika koruptor saja ‘diberi ijin’ untuk menilap uang rakyat, maka sungguh! kita yang melaksanakan kebaikan akan diberi ijin dengan lebih leluasa dan jauh lebih terhormat. Maka, buktikanlah …

Cinta, Kerja, Harmoni

www.pksnongsa.org

www.***nongsa.org

 

Cinta itu seperti arus dalam aliran listrik. Tidak berbentuk, tapi dayanya terasa. Lampu pun menyala karena aliran arus listrik itu.

Kerja adalah bukti cinta. Dua hal ini, cinta dan kerja, seperti dua sisi mata uang. Cinta tanpa kerja : bohong. Kerja tanpa cinta : ompong. Maka, buktikan cintamu dengan bekerja. Buat gelegar kerjamu dengan cinta.

Kedua kata itu, akan lebih ‘cetar membahana’ dengan Harmoni. Ia semacam guidance. Rambu-rambu. Karena segalanya, harus penuhi kriteria : pertengahan. Pertengahan inilah yang dimaksud dengan harmoni. Tidak berlebih-lebihan.

Maka, cinta yang menyejarah adalah cinta pertengahan. Sesuai dosis, sesuai tujuan. Seberapa besar seharusnya kita mencintai Allah, RasulNya, kaum mukminin juga umat manusia seluruhnya.

Begitupun dengan kerja. Bukan membabi buta. Bukan pula mengerjakan semua. Tapi sesuai tupoksi yang diberikan. Jika Allah memerintahkan kita maghrib tiga roka’at, misalnya, maka kerjakan sebanyak itu. Jangan ditambah atau dikurangi. Dan, seterusnya.

Maka, Cinta, Kerja dan Harmoni adalah sebuah sinergi padu. Bahwa semua yang kita lakukan, harus berlandaskan cinta, berbukti kerja dan berjalan dalam harmoni.

Jika ini yang telah dilakukan, maka menang dan kalah bukan lagi soal angka. Tapi terletak pada seberapa kuatkah kita memeperjuangkan nilai.

Mari mencintai, Mari bekerja, Mari berharmoni.